Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa UMSU & Aktivis IMM Kota Medan, Suka senja dan kopi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan di Sekolah dan Pendidikan Keluarga

26 September 2018   09:49 Diperbarui: 26 September 2018   09:48 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan merupakan pilar suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang besar dalam kemajuan negeri ini. Kita bisa melihat negara-negara di benua Eropa seperti Inggris, Prancis, Belanda, Finlandia, Jerman merupakan negara yang maju di lihat dari berbagai aspek termasuk pendidikan. Maju atau tidaknya suatu negara berbanding lurus dengan pendidikan yang ada di negara tersebut. Artinya apabila pendidikan maju, negara tersebut juga akan menjadi negara yang maju.

            Pendidikan adalah senjata utama dalam kehidupan, apabila kehidupan kita anggap sebagai arena pertempuran, maka kita memerlukan pendidikan baik sebagai pedang maupun sebagai tameng. Karena jika kita turun kedalam arena pertempuran dengan tangan kosong itu sama saja dengan misi bunuh diri. Begitulah gambaran betapa krusial nya pendidikan dalam kehidupan, karena memang pendidikan tidak dapat dipandang dengan memicingkan mata, tidak kah kita bisa melihat bagaimana masyarakat disekitar kita menilai seseorang berdasarkan latar belakang pendidikan?

            Pendidikan dapat ditempuh melalui pendidikan di sekolah dan pendidikan dikeluarga, namun terkadang tidak sedikit orang tua yang hanya menyerahkan anaknya untuk dididik disekolah tapi lupa untuk mendidiknya dirumah. Seharusnya orang tua sadar bahwa rumah adalah sekolah yang  pertama untuk anak. Keluarga merupakan lembaga pendidikan untuk membentuk karakter yang utama dan pertama, keluarga adalah titik paling awal untuk memberikan nutrisi nutrisi pendidikan untuk anak, sekolah pada umumnya hanya memiliki waktu 8 jam untuk untuk menempa karakter anak, sebagian besar waktu anak berada didalam lingkungan keluarga.

            Semenjak berlakunya K-13 dengan orientasi pendidikan berkarakter, sekolah mempunyai pekerjaan rumah tambahan, sekolah mempunyai tugas selain mentransfer ilmu, yaitu membentuk karakter anak didik. Di atas kertas kita dapat melihat sekolah cukup berhasil dalam mentransfer ilmu dengan berbagai suksesnya ujian skala nasional, namun apakah sekolah sudah cukup berhasil dalam membentuk karakter anak didik?. Penulis berpendapat bahwa sekolah belum cukup berhasil dalam membentuk karakter anak didik, banyak indikasi yang menunjukkan hal ini belum berhasil, karena apabila tugas sekolah dalam membentuk karakter anak didik berhasil, kita tidak akan melihat tawuran antar sekolah, kita juga tidak akan melihat terjadinya "coret-coretan" pasca UNBK.

            Lalu yang menjadi pertanyaan di benak kita semua apakah kegagalan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah yang tidak berhasil mengerjakan pekerjaan rumahnya? Telah dikatakan bahwa lingkungan  keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama bagi anak, maka seharusnya lingkungan keluarga mempunyai peran yang lebih besar dalam membentuk karakter anak didik, hal ini menjawab pertanyaan sebelumnya bahwa kegagalan dalam membentuk karakter anak didik tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah. Untuk membentuk karakter anak dalam lingkungan keluarga perlu adanya aturan-aturan yang disepakati dalam bersikap dan berperilaku, aturan ini biasanya tersirat tidak tersurat. Hal ini bermakna aturan tersebut ada meskipun tidak tertulis dan aturan ini tentu saja tidak boleh semena mena. Apabila aturan tersebut sudah ada, maka setiap anggota keluarga perlu konsisten dan menaati aturan-aturan tersebut. Tentu apabila ada yang tidak ada menaati aturan aturan yang telah disepakati maka perlu disikapi dengan ketegasan, bukan kekerasan. Kekerasan hanya akan menimbulkan rasa trauma yang nantinya berdampak negatif bagi pembentukan karakter anak.

            Karakter anak juga dapat dibangun melalui kegiatan yang dibiasakan dalam keseharian anak dirumah, manajemen waktu untuk anak itu diperlukan dalam pembentukan karakter. Maka harus ada batasan batasan waktu untuk anak seperti kapan harus belajar, ibadah, bermain, istirahat dan pekerjaan pekerjaan rumah yang sesuai dengan perkembangan anak. Dengan dibiasakan anak akan menjadi bisa. "Bisa karena terbiasa". Selain itu permasalahan lain dalam membentuk karakter anak adalah dengan maraknya informasi informasi negatif yang saat ini dapat diakses dengan mudah melalui media disekitar kita, media informasi seperti televisi dan internet yang arusnya tidak bisa kita bendung. Dapat kita hitung dengan jari tangan hanya ada beberapa acara di televisi yang benar benar memberikan edukasi untuk anak, selebihnya hanyalah acara sampah yang mengejar rating untuk kepentingan komersial.

            Sekolah dan Keluarga memikul tanggung jawab yang sama dalam mendidik dan membentuk karakter anak. Sekolah bukanlah tempat dimana orang tua bisa menitipkan  anaknya untuk diberikan pendidikan kemudian orang tua lepas tangan dan menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah. Sekolah hanya sekadar membantu, bukan mengambil alih tanggung jawab orang tua dalam memberi nutrisi pendidikan untuk anak. Maka sekolah dan keluarga harus bisa selaras dalam mendidik dan membentuk karakter anak. Untuk menyelaraskan hal ini pentingnya dibangun komunikasi yang solid antara keluarga dan sekolah. Sekolah dan Keluarga harus bisa menjalin hubungan yang harmonis untuk kepentingan pembentukan karakter anak. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan secara berkala dapat memberikan informasi mengenai perkembangan anak dan kemajuan belajar serta berbagai kebijakan dan program sehingga dapat disikapi orang tua. Artinya informasi yang diterima orang tua bukan hanya sebatas buku raport yang diterima setiap penghujung semester. Sebaliknya orang tua juga harus bisa mengulik informasi mengenai anaknya, bukan hanya melihat berapa nilai ujian yang didapat, tetapi juga melihat perkembangan karakter anak. Apabila dua hal tersebut dapat berjalan dan selaras. Maka anak tidak hanya berhasil pendidikannya diatas kertas tetapi juga berhasil dalam pendidikan karakter.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun