Mohon tunggu...
Hamdan Husein
Hamdan Husein Mohon Tunggu... Pelajar dan Petani -

Mahasiswa di STFI SADRA Jakarta, Pernah juga kuliah di IAIH Hamzanwadi Pancor. Senang membaca novel detektif seperti Sherlock Holmes dan novel romantis, & lain-lain. Akun Fb Hamdan Husein. Email: hamdanbaru@yahoo.co.id dan ham4a14@gmal.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyucikan Makna Politik

2 November 2015   05:24 Diperbarui: 3 November 2015   11:30 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ahad, 1 November 2015

Berikut ini adalah ikatan makna saya atas tema dalam HUT PAN ke-17 yang disampaikan oleh Dzulkifli Hasan, ketua umum PAN sekaligus ketua MPR RI. Tema dalam HUT itu adalah “Berpolitik tanpa gaduh”. Dan berikut hasil ikatan makna saya.

Menyucikan Makna Politik

“Berpolitik tanpa gaduh”. Itulah tema yang diangkat dalam HUT Partai Amanat Nasional yang ke-17. Kenapa tema tersebut diangkat? Apa pentingnya mengangkat tema tersebut? Apa pesan tersirat dari tema itu? Tulisan ini adalah suatu uraian dalam rangka mencari jawaban atas beberapa pertanyaan diatas atau lebih tepatnya sebagai suatu refleksi.

Tema yang diusung yakni 'berpolitik tanpa gaduh' diatas menyimpan beberapa pesan tersirat. Mungkin saja orang yang mengusung tema tersebut telah menyaksikan aktifitas perpolitikan yang penuh dengan kegaduhan. Perlu diperhatikan bahwa kata 'kegaduhan' yang berasal dari kata 'gaduh' adalah kata yang memiliki lebih dari satu arti atau makna. Arti pertama adalah ribut, rusuh, huru-hara, kacau. Arti ini dilihat dari sisi kata gaduh sebagai kata sifat. Di satu sisi kata gaduh bermakna sistem bagi hasil dalam usaha pertanian atau peternakan. Arti ini dilihat dari sisi kata gaduh sebagai kata benda.

Terlepas dari dua sisi titik pandang tersebut, penulis melihat bahwa kedua arti dari kata gaduh itu memang sesuai dengan realitas perpolitikan. Yakni politik itu tidak pernah terlepas dari keributan, kekacauan, kerusuhan dan bagi hasil. Untuk makna kedua (bagi hasil), itu mungkin terjadi pada ‘biasanya yang menang' dalam pentas politik.

Pesan tersirat lainnya yang tersimpan dibalik tema itu adalah mungkin saja itu adalah suatu harapan, atau sesuatu yang bersifat ideal dalam arti politik itu idealnya adalah tanpa gaduh. Nah kira-kira antara idealitas dengan realitas apakah selalu sejalan? Kenapa kalimat itu muncul? Karena pengusung gagasan tersebut telah menyaksikan realitas yang tidak sejalan dengan idealitas. Oleh karena itu muncullah ungkapan 'idealitasnya berpolitik itu tanpa gaduh'.

Makna tersirat yang ketiga adalah kalimat tersebut menunjukkan suatu kemungkinan akan keterlibatan langsung subyek yang mengungkapkannya. Jadi subyek langsung terjun atau mengalami langsung bahkan terlibat di dalamnya, hingga terbersit suatu ide atau kesadaran 'seharusnya berpolitik itu tanpa gaduh'. Penulis meyakini bahwa suatu ide tidaklah lahir dari ruang kosong. Akan tetapi ide atau gagasan itu muncul disebabkan oleh berbagai macam polemik atau problem dalam kehidupan sosial dan individu yang menggagas suatu ide. Jadi ide atau gagasan lahir didahului oleh latar belakang yang kompleks dan memerlukan jawaban atau solusi. Nah, dalam rangka itulah suatu ide atau gagsan terlahir. Termasuk dalam hal ini gagasan tentang ‘berpolitik tanpa gaduh’.

Terlepas dari beragam su’uzon dan husnuzzon penulis diatas, penggagas ide 'berpolitik tanpa gaduh' telah mengutarakan sesuatu yang baik. Meskipun itu dalam pandangan penulis masih dalah tahap 'idealnya sih begitu'. Artinya belum mencapai 'realitasnya'. Itu tugas yang harus diwujudkan baik oleh penggagas ide maupun generasi berikutnya.

Namun permasalahannya adalah 'bisakah itu terwujud atau menjadi kenyataan?'

Berbicara mengenai kemungkinan terwujudnya ide itu, penulis berpandangan bahwa ide 'berpolitik tanpa gaduh' itu berpeluang untuk diwujudkan. Namun kita perlu menengok realitas makna politik yang sudah tertanam dalam alam bawah sadar sebagian masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Makna politik yang berkembang pada sebagian masyarakat adalah identik dengan hal-hal negatif seperti saling memfitnah, menjatuhkan, serangan fajar (padahal fajar tenang-tenang saja di rumah), saling menipu, baru datang kalau ada kebutuhan atau meminta dukungan' dan sebagainya. Intinya makna politik yang semula berarti 'kebaikan bersama' menjadi hancur disebabkan ulah pelaku politik. Maka tidak aneh jika ada karikatur tikus berdasi yang bertuliskan poli-TIKUS. Jadi untuk mewujudkan ide atau gagasan 'berpolitik tanpa gaduh' menjadi suatu kenyataan, maka perlu suatu usaha pensucian kembali makna politik dari na'jis-na'jis yang telah mengotorinya.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun