Jelas. Terkesan, benda itu tidak penting, tidak bermanfaat, hanya untuk pelengkap, atau sekadar ada karena peraturan yang mengatur keberadaannya.
Kotak saran di perpustakaan kota Samarinda adalah ironi dari suatu benda yang ada karena terpaksa. Terpaksa harus ada sebab adanya aturan.
Ketiga, Tidak adanya evaluasi yang jelas tentang penerimaan kritik dan saran dari setiap periode
Apakah tidak ada kritik dan saran yang terlontar dari para pengunjung?
Pertanyaan itu tebersit dalam benak dan tetap menjadi misteri.Â
Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Apalagi kalau menyangkut instansi pemerintah. Mohon maaf untuk perpustakaan kota Samarinda dan perpustakaan provinsi Kalimantan Timur. Tapi, kalau menurut saya, "kenyamanan" pengunjung masih jauh dari harapan.
Saran untuk pihak perpustakaan (Kota dan Provinsi)
Mungkin saran saya tidak berarti banyak. Saya cuma seorang pengunjung perpustakaan yang tidak pernah memberikan sumbangsih apa pun pada perpustakaan.
Tapi kiranya 3 (tiga) saran saya berikut bisa menjadi masukan berharga bagi Perpustakaan Kota Samarinda dan Perpustakaan Provinsi Kalimantan Timur, supaya bisa lebih baik lagi ke depan.
Tiga saran dari saya adalah:
1. Tempatkan kotak saran di lokasi strategis dan alangkah lebih baik lagi juga mengakomodasi pemberian saran lewat daring
Kalau memang ikhlas dalam menerima kritik dan saran, alangkah eloknya jika menempatkan kotak saran di lokasi strategis. Misalnya, menempatkan kotak saran di dekat komputer dimana terdapat aplikasi buku tamu. Menempatkan di sebelah komputer adalah langkah bijak, karena dengan begitu, mata pengunjung bertaut juga dengan kotak saran.
Menempatkan benda di daerah yang sering dilalui dan kasat mata terlihat langsung akan menimbulkan efek pentingnya kritik dan saran dari pengunjung.Â