Pensiun atau berhenti dari pekerjaan yang lama adalah saat yang memang tidak menyenangkan, apalagi kalau kita sudah lama bekerja di satu tempat dan sudah akrab dengan sejawat.
Tapi mau tidak mau, perpisahan memang harus terjadi.Â
Seperti yang terjadi pada beberapa kenalan.
Lili (bukan nama sebenarnya), pensiun pada tahun 2021. Sudah lebih dari 30 tahun bekerja di bank swasta terkemuka di Samarinda. Apakah dia stres karena sudah tidak bekerja lagi?
"Lebih baik kerja daripada ngurus rumah!" begitulah kata Lili suatu kali saat saya bertandang ke rumahnya karena ada sedikit urusan.
Yah, memang beda. Kerja dapat duit. Ngurus rumah terkesan tidak dihargai dan tentu saja tidak dapat duit, kecuali suami ngasih duit. Itupun lebih ke arah kewajiban suami menafkahi istri, bukan keharusan seperti setelah bekerja mendapat upah.
Bagaimana dengan pergaulan dengan teman-teman sekerja di bank terdahulu?
WhatsApp Group (WAG) pensiunan tidak bisa menggantikan pertemuan silaturahmi secara fisik. Percakapan ngalor-ngidul lewat chat tetap tidak mampu menimbulkan rasa dekat dibanding berbincang langsung secara tatap muka.
Sujono (nama samaran), mantan rekan guru di Sekolah Dasar (SD) sebelumnya, merasakan perbedaan yang paling mencolok dibanding sebelum pensiun. Dia seperti tercerabut dari mantan kolega-koleganya. Sehari-hari hanya berkutat di rumah dan sesekali berkunjung ke rumah saudara, serta mencari angin segar di sekitar rumah dengan membeli sayur dan lauk-pauk di pasar terdekat untuk dimasak di rumah, dan lain sebagainya.
Tapi terlihat kalau Sujono tidak gembira dengan keadaannya. Dia mulai sakit-sakitan. Saya mendengar pengalaman sakit di masa lampau dari Sujono saat saya berkunjung ke rumahnya. Tentu saja, kedatangan saya seperti "angin segar" bagi Sujono. Selain ada teman bicara, bisa juga bernostalgia, membicarakan masa lalu saat masih mengajar di SD.
Saya pribadi termasuk dekat dengan Sujono saat mengajar dulu, sehingga saya bisa mengimbangi perbincangan, meskipun sebenarnya Sujono yang lebih mendominasi percakapan.