Terkadang saya merenungkan akan segala kehidupan yang telah berlalu. Banyak kenalan yang datang dan pergi. Orang tua juga sudah berpulang. Yang tersisa dari mereka yang sudah berlalu adalah kenangan.
Tidak ada yang abadi di dunia ini. Di balik suka, ada duka. Selalu seperti itu.Â
Dan, setelah bertahun-tahun, ada yang tetap bertahan, meskipun zaman semakin menggeliat menunjukkan berbagai macam pilihan.
Sebagai contoh, makanan. Sekarang sudah sangat variatif sekali pilihan makanan. Dan membeli pun tidak mesti harus offline, namun bisa juga online. Tinggal klik order di aplikasi hape, tidak lama, seorang driver ojol akan mengantarkan pesanan makanan.Â
Namun, di balik meluapnya pilihan makanan; kerinduan akan masakan, makanan, kue, atau kudapan di era masa lalu tetap menjadi pilihan.Â
Setelah menemani kakak perempuan saya, Julia (nama samaran), mengikuti misa peringatan 40 hari seorang kerabat di kapel pada hari Jumat, 22 November 2024, saya kira kami langsung pulang. Ternyata Julia ingin membeli martabak dan terang bulan di penjual favoritnya.
"Kita beli ya, Ton," kata Julia, "Aku kangen makan martabak dan terang bulannya."
Jam 20.00 WITA. Waktu Julia menelepon sang penjual, sang penjual menginformasikan kalau orderan bisa diambil satu jam lagi.
Wah, satu jam lagi!
Julia kaget. Saya pun kaget. Apakah yang membeli sangat membludak?
Yah, penjual martabak dan terang bulan P.Ronggo Lawe adalah penjual andalan Julia sejak pertama kali menjejakkan kaki di Samarinda.