Memang, menulis adalah sebuah kegiatan yang semua orang pasti bisa. Tanpa terkecuali. Tidak memandang status ekonomi atau sosial seseorang. Selama orang tersebut bisa membaca dan menulis, menulis akan terealisasi. Sesederhana itu.
Apalagi kalau merasa diri tidak bisa apa-apa, maka menulislah. Tidak mengapa kalau Anda tidak bisa bermain piano, bermain bulutangkis, menari, menggambar, berbicara di depan publik, dan lain sebagainya. Menulis adalah keterampilan yang mudah dipelajari. Tentu saja, karena sejak usia dini, kita mempelajarinya.Â
Otomatis, mengasahnya menjadi keterampilan yang berguna untuk masa depan dan jenjang karier sangatlah berarti.
Saya merasa relate dengan kondisi Agus Mulyadi, seorang pria yang dulunya merasa tidak bisa apa-apa dan berada dalam ketidakpastian akan masa depan, malah menemukan dunia yang dia sukai dan mengantarnya menjemput rezeki di profesi yang tidak pernah dia impikan sebelumnya.
Ya, menjadi penulis ternyata membuka jalan bagi Agus Mulyadi, menunjukkan kepada dunia, bahwa dia yang berasal dari kalangan nobody, bukan siapa-siapa, tidak mempunyai privilege seperti anak-anak orang kaya, tapi dia bisa berhasil dalam kehidupan yang keras.
Uniknya, dia menemukan setiap kegetiran hidup dalam sisi yang berbeda. Ada kelucuan, keakraban, atau nilai-nilai yang sangat bermanfaat dalam hidup, yang bisa menjadi pembelajaran, bahwa tidak ada sesuatu yang sia-sia. Semua pengalaman, seremeh apa pun, sangat berarti.Â
Dan Agus dengan mudahnya menuangkan semua itu, entah sebagai pengingat, lelucon masa lalu, atau mengenang pengalaman-pengalamannya bersama keluarga dan teman, dalam bentuk tulisan.
Pertama "mengenal" Agus Mulyadi
Saya tidak mengenal Agus Mulyadi secara pribadi. Saya tidak pernah bertemu langsung dengan Agus, namun saya "mengenal" dia ketika menonton podcast dari Mojok.co, perbincangan antara kepala suku Mojok, Puthut EA, dengan Agus Mulyadi dalam berbagai kesempatan.
Perbincangan yang cair dan pembahasan yang menarik membuat saya penasaran akan sosok Agus Mulyadi, khususnya karya-karyanya, baik yang berupa artikel di dunia maya maupun buku.
Dan akhirnya pencarian saya berlabuh ke iPusnas. Saya mencari buku-buku Agus Mulyadi. Dari beberapa, mata saya tertuju pada buku ini. Bergumul dengan Gusmul.
Bagi saya pribadi, melihat daftar isi buku dan setelah membaca semua tulisan, jelas terang benderang bahwa Agus menceritakan suka dukanya sebagai pribadi yang berkutat dengan pengalaman seputar keluarga dan teman di sekelilingnya.