"Makanya, hati-hati kalau ngendarai motor. Jangan ngebut. Lihat sekelilingnya. Fokus di jalan...."
Entah sudah berapa kali S mengatakan petuah membosankan ini kepada saya, tapi kepada L, sepertinya ini yang pertama.
"Yah, kan ini kecelakaan. Bukan disengaja," L jengkel.
"Pokoknya hati-hati...," Â S tetap bersikukuh.
Saya sebenarnya malas berdebat dengan kakak perempuanku yang satu ini. Empat kakak perempuan, yaitu L, I, S, dan E; tapi di antara mereka, S yang paling ngotot kalau berbicara soal opini.
Sayangnya, opininya kebanyakan tidak sesuai logika, dan kali ini pun sama ngawurnya sehingga membuat mulut saya "gatal" untuk berkomentar.
"Sudahlah. Namanya juga kecelakaan. Tidak disengaja. Lagian, mana ada orang yang mau celaka," Saya memasuki arena "pertempuran" yang sebenarnya percuma.
"Yah, hati-hati dong," S masih ngotot.
"Memangnya kamu belum pernah kecelakaan?" tanya saya, berharap S menyadari bahwa dia pun pernah mengalami kecelakaan saat bersepeda motor.
Sayangnya hal itu tidak terjadi.
"Pernah, tapi L seharusnya hati-hati," S malah berkelit dengan cepat, mengalihkan topik.