Yang terbaru di tahun 2023, tepatnya di penghujung tahun 2023, di bulan November, gitar hadir di rumah.
Dua ratus ribu rupiah lebih keluar dari dompet untuk menebus sebuah gitar Yamaha KW. Tidak puas dengan status KW, S mendesak ibunya untuk membelikan gitar Yamaha yang asli. Nyatanya setelah menentukan pilihan, tetap saja gitar aspal yang diperoleh.
Asli tapi palsu.
Sampai kapan S mengulik senar-senar kedua gitar tersebut? Entahlah. Waktu yang akan berbicara.
Keingintahuan. Topeng alasan dibalik keinginan, bukan kebutuhan. Barang berikut yang menjadi incaran adalah kalimba. Sebab membeli terkesan serampangan, "Hanya ingin tahu."
Waktu saya bertanya lagi pada sang ibu, dia menjawab, "Mau bagaimana lagi? S kepengin...."
Jawaban menggantung yang menyedihkan. Menggambarkan kepasrahan diri. Mengikuti kemauan sang anak semata wayang.
Orangtua tidak mau ribut dengan anak. Mungkin seperti itu gambaran ayah dan ibu S dalam menghadapi berbagai "keinginan" S.
Bagaimana mendidik anak untuk berbelanja dengan bijak?
Berbelanja dengan bijak. Memang sudah seharusnya jalan itu yang ditempuh menimbang paparan-paparan menggoda dari lokapasar-lokapasar yang menawarkan harga super miring dari berbagai produk, mulai dari produk skincare sampai mainan anak, merambah ke gawai-gawai terkini, berlanjut ke produk-produk lain yang mungkin sebetulnya tidak atau belum dibutuhkan.
Seperti yang terlihat pada judul, dua kata yang harus menjadi acuan yang berkaitan dengan pengeluaran, yaitu keinginan dan kebutuhan.