Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ulangan Mengarang, Kenapa Menghilang?

8 November 2023   16:50 Diperbarui: 9 November 2023   01:51 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut saya, ada 3 (tiga) cara yang bisa dilakukan. 

1. Menggiatkan Kegiatan Mengarang dalam Proses Belajar Mengajar (PBM)

Tidak salah kalau guru menitikberatkan pada teori-teori kebahasaan dikarenakan pada ujian semester, hal-hal seperti itu yang mendominasi soal-soal.

Namun kemampuan menulis, khususnya menulis kreatif, adalah kemampuan yang mutlak harus dikuasai oleh para peserta didik, karena peserta didik menghadapi tuntutan kemampuan yang tidak ringan di masa kiwari dan yang akan datang.

Bukan hanya mereka harus mahir berkomunikasi secara lisan, tapi mereka juga dituntut bisa menyampaikan opini, pendapat, atau buah pikiran mereka lewat tulisan yang runtut dan jelas.

Kita bisa melihat kebanyakan atau sebagian besar dari generasi zaman now mempunyai keterampilan berkomunikasi yang sangat buruk. Impulsif dalam berbicara dan 'sembarangan' dalam menulis, baik itu menulis esai maupun menulis di media sosial.

Oleh karena itu, menggiatkan kegiatan mengarang dalam proses belajar mengajar (PBM) adalah hal yang sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan kecintaan peserta didik pada menulis.

Apalagi di kurikulum dan buku pelajaran jelas-jelas tersaji praktik menulis tapi hanya sekadar teori. Sekadar menghapal teknik menulis tanpa melakukan secara nyata.

2. Menghidupkan dan Menggiatkan Kembali Majalah Dinding (Mading) di Sekolah-sekolah 

Bicara tentang mading bukanlah hal yang enak untuk dibahas. Mengapa? Karena, menurut pemandangan awam kebanyakan para insan di sekolah, sepengamatan saya, mereka lebih mengagungkan, lebih memprioritaskan ekstrakurikuler yang bernuansa "fisik", seperti ekskul basket, bulutangkis, tenis meja, dan lain sebagainya.

Selain itu, ekskul "seni" semisal teater, band, marching band, dan lain-lain, juga menjadi primadona.

Mading? Teronggok di sudut sekolah, berdebu, penuh sarang laba-laba, dan tulisan-tulisannya tetap sama, tidak berganti, entah sudah berapa lama tidak diperbaharui.

Seharusnya Majalah Dinding (Mading) turut mendapat perhatian. Yah, minat baca dan menulis bukanlah hal-hal yang 'seksi' di mata kebanyakan pendidik dan peserta didik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun