Dalam kehidupan, menetapkan pilihan mau berbuat apa adalah sesuatu yang sukar. Terkadang memilih kesukaan tapi badan letih tak berdaya, pada akhirnya dalam kebanyakan peristiwa, kesukaan tersebut jadi terkalahkan.
Seperti halnya dalam beberapa hari ini. Badan terasa kurang bersahabat setelah tahun baru menyapa dan mengajak diri untuk bertempur kembali, bekerja giat demi memperoleh sesuap nasi dan sebongkah berlian.
Pertempuran tidak hanya berkutat soal pekerjaan, tapi juga menyangkut perihal konsistensi melatih diri untuk menguasai beberapa aransemen gitar tunggal demi tercapainya target one week, one video.
Karena berkecimpung dalam banyak hal, terkadang diri ini ingin rehat dari gitaran barang sehari. Pulang di waktu malam, tidaklah mudah untuk melatih diri, menyempatkan berlatih barang satu jam sesuai disiplin yang sudah tertuang di buku jurnal.
Bahkan untuk mengeluarkan gitar dari tasnya sekalipun butuh perjuangan. Tangan terasa berat. Belum lagi jari jemari yang mulai kurang bersahabat, karena usia yang semakin menua dan mengakibatkan kurang gesit dan lincah para jari menari di atas senar-senar gitar.
Memang tidak mudah menjaga konsistensi, tapi yang namanya kesukaan, sesukar apapun kondisi, bermain gitar tetap jalan terus meskipun terkadang cuma menyita tak sampai satu jam. Mungkin cuma 30 menit, 15 menit, atau bahkan cuma 10 menit. Yang penting ada waktu untuk "melemaskan" jari-jari tangan ini supaya tak kaku esok harinya.
Jadi teringat dengan pengalaman melatih lagu yang penuh inspirasi dari sang legenda The Godfather of Broken Heart, Didi Kempot. Untuk menguasai aransemen gitar tunggal dari lagu "Sewu Kutho", saya membutuhkan waktu sekitar sebulan lebih. Melewati target seminggu.
Kesibukan dalam mengajar dan berbisnis online menyebabkan tertundanya penguasaan lagu tersebut. Ditambah lagi dengan aransemen yang cukup sulit di penempatan posisi jari-jari tangan kiri.
Beberapa kecelakaan lalu lintas yang pernah saya alami menyebabkan jari-jari tangan agak susah berkoordinasi dengan baik. Meskipun begitu, saya tetap berusaha semaksimal mungkin. Saya tidak mau menjadikan alasan karena jari-jari "bermasalah" sehingga hasil tidak prima.
Walaupun masih kurang puas dengan hasil latihan, saya tetap merekam permainan gitar. Untuk kenang-kenangan. Entah sampai kapan saya bisa bermain gitar. Kalau waktunya tiba dimana jari-jari tangan ini sudah tak berdaya, masih ada bukti autentik kalau saya pernah bisa main gitar karena ada buktinya di YouTube.
Hasilnya kurang memuaskan, tapi biar bagaimanapun, saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Mudah-mudahan suatu saat nanti saya bisa lebih baik lagi dalam memainkannya.