Pagi ini hujan cukup deras mengguyur kota Samarinda setelah beberapa hari panas terik tak terhingga membawa kegerahan yang tak terkira.
Aku bergegas menuju sepeda motor andalan, ingin melaju sesegera mungkin, demi mencapai tempat kerja, karena cuaca tidak sama seperti biasa, jadi tidak bisa memperkirakan waktu tempuh yang akan dijalani.
Di saat aku sudah sampai di parkiran, sebuah suara rekaman yang tak asing di telinga mengumandang di udara, menawarkan kenikmatan hangatnya suatu produk, mengingatkan akan masa kecilku dulu.
Seorang penjual roti gembong melewati rumah demi rumah dengan kotak kecil di boncengan sepeda motor. Sang penjual mengenakan jas hujan untuk menangkal pakaian dari air hujan.
Roti gembong. Aku teringat masa kecil saat ibu membuatkan roti gembong. Membayangkannya saja hampir membuat liur nyaris menetes.
Aku rindu kenikmatan dan empuknya roti gembong buatan ibu. Roti gembong dari pembuat yang lain tidak bisa menyamainya. Mungkin rasa bisa sama, tapi kenangan tidak akan bisa serupa.
Samarinda, 10 Desember 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI