Joni bukan seorang yang romantis. Dia juga bukan sosok yang puitis. Untaian katanya tidak memikat. Akibatnya, kegagalan menggaet gebetan menjadi pacar selalu melekat.
Dia hanya bisa memetik dawai-dawai gitar. Dawai-dawai gitar tua yang selalu menemani. Meskipun suara gitar jauh dari merdu, seorang perempuan cantik selalu menunggu kehadiran Joni.
Rosa, sang perempuan cantik tersebut, selalu menantikan bunyi picisan petikan senar gitar yang Joni mainkan. Melihatnya tersenyum membuat hati Joni senang bagai terbang sampai ke awan. Akibatnya, Joni jadi ketagihan. Senyumnya bagai candu dalam ingatan.
Mereka pun akhirnya jadian. Menjadi sepasang kekasih. Sayangnya, keindahan itu tak berlangsung lama.
Sekarang, semua hanya ada dalam ingatan yang tersimpan rapat. Rosa sudah tiada. Joni masih belum bisa menjalin hubungan yang serius dengan wanita lain secara erat. Senyum Rosa masih membayang di pelupuk mata saat Joni berhadapan dengan perempuan lain.
Joni masih belum bisa melupakan senyum Rosa. Beberapa pacar tidak mau menerima diri dibandingkan dengan perempuan lain.
"Kapankah aku bisa melepaskan kecanduan akan senyum Rosa?" tanya Joni dalam hati.
Entahlah. Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Samarinda, 9 Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H