Tak tik tak tik. Begitulah bunyi saat Bambang mengetik. Sepatah dua patah kata. Silih berganti sembari sepuluh jari bergerak kian kemari.Â
Tak tik tak tik. Satu kalimat dua tiga terlampaui. Bambang merangkai kata menjadi kalimat, lalu paragraf, mewujud satu halaman terlewati.
Detik-detik berjalan cepat tak terasa. Menit demi menit berlari begitu rupa. Jam per jam tertiup dihembus masa.Â
Bambang menuntaskan tulisan. Masih harus merapikan sebelum ditayangkan. Membaca ulang, memeriksa apakah ada typo dan kata-kata kurang berkenan.
Peluh bercucuran dari kening dan pelipis. Kipas angin mini di hadapan tak mampu mengusir panasnya hawa ruangan. Seandainya ada segelas teh es terhidang, bisa melegakan tenggorokan. Angan-angan tak terealisasi Bambang akan diri yang hanya punya recehan, sekedar cukup untuk membeli beras barang sekilo dua.
Akhirnya tak tik tak tik berhenti. Pengeditan sudah selesai. Bambang siap menayangkan tulisan di Kompasiana dengan satu harapan yang terlukis di angan.
"Semoga tulisanku bisa menjadi juara. Demi menambah pemasukan di saat susah dana."
Samarinda, 17 November 2020Â