Selama hampir sembilan bulan, saya melihat banyak hal menarik yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Perilaku yang lucu dari murid les sudah banyak tertuang dalam buku-buku jurnal sehingga saking banyaknya, saya bingung yang mana yang harus dituangkan dalam tulisan terlebih dahulu.
Namun, selain pengalaman yang menyenangkan, ada juga hal-hal yang membuat geleng-geleng kepala sembari mengurut dada, karena kebanyakan murid les yang saya hadapi seperti kehilangan nilai-nilai moral yang dulu ada, namun sekarang, di era teknologi canggih saat ini, seperti tergerus sehingga terlihat "tiada".
Apakah sudah terlambat untuk merubah anak-anak Indonesia? Tentu saja tidak terlambat selama hayat masih dikandung badan. Yang jelas, sebagai orang tua, tugas Andalah yang paling utama untuk mendidik dan menanamkan nilai-nilai moral yang disini saya menyebutkan sebagai nilai-nilai kekekalan karena nilai-nilai ini tidak akan pernah basi sampai kapanpun juga.
Sedapat mungkin, sedari dini, sejak usia dini, nilai-nilai kekekalan ini ditanamkan pada putra-putri sehingga kelak, saat mereka dewasa, mereka menjadi pribadi-pribadi yang tangguh, unggul, beriman, dan mempunyai karakter-karakter mulia lainnya.
Dalam hal ini, saya membatasi pada tiga nilai kekekalan saja, karena tiga nilai ini yang saya lihat paling vital dan saya jarang menemukan tiga nilai ini pada diri kebanyakan murid les saya apalagi di masa pandemi covid-19 saat sekarang yang entah sampai kapan akan berakhir.
Tiga nilai kekekalan tersebut adalah :
1. Kejujuran
Bicara soal nilai ini, saya melihat kecenderungan yang menyedihkan. Beberapa murid les menunjukkan dalam beberapa kesempatan, memperlihatkan ketidakjujuran mereka di banyak segi.
Mulai dari berbohong pada orang tua perihal tidak ada PR sampai membuang surat panggilan dari sekolah untuk orang tua murid sudah pernah saya temui.
Perihal membuang surat panggilan untuk datang ke sekolah, "berkonsultasi", istilah yang mungkin disalahartikan sebagai "apa salah anak kami?" memang sudah jamak di benak kebanyakan orang tua murid, meskipun tidak selalu memanggil orang tua berarti ada sesuatu yang "salah" pada putra-putri mereka.
Beberapa tahun yang lalu, ada beberapa peserta didik saya di SD yang melakukan tindakan tidak terpuji tersebut. Membuang surat panggilan dari saya entah ke mana.
Ada dua murid yang tak pernah saya lupakan berkaitan dengan kejujuran.