Awal SMP. Putih Biru. Jari-jemari membetot senar gitar. Pengalaman pertama kali.
Akor silih berganti. C ke A minor. Lanjut ke D minor. Kemudian ke G.
Berulang kali. Memainkan lagu sederhana. Mengiringi orang menyanyi. Hanya itu pada awalnya.
Sampai suatu ketika. Sebuah buku tiba. Tangan membuka lembaran. Melihat harta di dalam.
Berbagai aransemen gitar tunggal tersaji. Mempesona. Melihat partitur sambil mendengarkan rekaman gitar di kaset. Sungguh luar biasa.
Aku tak menyangka. Ternyata gitar yang hanya terdiri dari 6 senar bisa dimainkan sehebat itu. Sejak itu, kecintaanku pada gitar semakin membara. Alangkah nikmat memetik senar gitar dalam keserasian nada.
Sampai sekarang aku masih ingat lagu pertama yang kukuasai. Sebuah lagu daerah dari Sumatera Barat. Diaransemen ulang dalam bentuk gitar tunggal oleh Bapak Kaye A Solapung. Lagu perpisahan yang menjadi pembuka.
Dulu pernah kumainkan. Tanpa efek apa pun. Suara rekaman tanpa riasan. Natural.
Kini aku merekam kembali. Masih ingat setiap nada. Meskipun sang buku entah ada dimana. Suara kurias sebaik mungkin.
Kiranya ini bukan pertanda perpisahan. Aku masih ingin berkarya. Menelurkan video-video berikutnya. Menghibur diri dan Anda semua.
Doakan aku. Semoga kita bisa bertemu kembali. Pada hari Sabtu mendatang. Dalam petikan senar yang mengalun perlahan.