"Hah?"
Respons itulah yang keluar dari mulut saya, sewaktu kakak saya, Dina (bukan nama sebenarnya) meminta saya untuk mengajarkan cara bermain keyboard kepada anaknya, Doni (nama samaran).
"Tapi aku udah lama gak main keyboard," saya beralasan.
"Pasti kamu masih bisa, Ton," Mbak Dina berusaha meyakinkan saya.Â
"Kenapa gak dileskan di kursus musik aja?" Saya berusaha memberikan solusi.Â
"Siapa yang mengantar Doni kesana? Kan papa-nya kerja. Aku juga kerja," kata Mbak Dina, "Udah. Kutambahin uang lesnya. Kan dia udah les pelajaran sekolah. Jadi kutambah uang les keyboard."
Wah, kalau ditambah uang lesnya, boleh juga sih, pikir saya. Tanpa pikir lama, saya pun berkata, "Ya udah deh, Mbak. Oke. Sebenarnya gak usah ditambah uang lesnya. Cukup yang ada sekarang," saya tetap merasa gak enakan, karena masih saudara.
"Gak masalah. Itu kan tugas tambahan. Jadi kutambah aja uang lesnya," kata Mbak Dina tersenyum.Â
Deal.Â
Doni memang sudah lama sekali ingin memiliki keyboard seperti kepunyaan sepupunya, Daniel (nama samaran).Â