Lelaki itu termenung menatap jalanan di depan. Dia sedang bersama barang-barang dagangan. Masker. Menjualkan produk orang lain.Â
Hasil tak seberapa. Dia mencoba peruntungan lain. Sampingan. Obat herbal untuk kesehatan. Jual produk orang lain juga. Dropshipper.
Hasilnya pun tak begitu menggembirakan. Sampai suatu saat, seorang kawan menyarankan untuk menulis. Mengikuti lomba blog dan kompetisi menulis.Â
Menulis. Dia tak pernah berpikir ke arah sana. Menghasilkan uang untuk hidup. Menulis untuk hidup. Tak pernah terbayang di angan.
Dia menimbang. Kan modalnya cuma menulis. Tidak keluar dana. Hanya keluar waktu dan tenaga. Apa ruginya mencoba?Â
Senjata andalan cuma hape butut dengan "aksesori" garis-garis hitam di layar bawah. Meskipun agak sedikit mengganggu dalam proses menulis, dia tetap maju. Menuangkan gagasan di layar hape yang sudah menemani selama tiga tahun.Â
Lomba blog. Kompetisi menulis. Semua dia ikuti. Hasilnya lumayan. Ada beberapa yang menang. Paling tidak, bisa buat beli makanan yang agak lumayan dibanding hari biasa.Â
Dia mencoba berbagai platform. Platform yang menawarkan imbalan uang untuk setiap tulisan yang layak tayang.Â
Apakah itu salah? Menulis untuk mendapatkan materi tidaklah salah. Sah-sah saja. Asal tulisan yang dihasilkan bermanfaat untuk sesama.Â
Awalnya, dia menulis untuk hidup. Kalau dibalik, hidup dari menulis, mungkinkah? Jelas mungkin. Sudah banyak penulis sukses yang hidupnya hanya dari menulis.Â
Lelaki itu berharap dirinya bisa hidup dari menulis. Mudah-mudahan saat itu tiba.