Saya bisa dikatakan senang bepergian, namun karena keterbatasan dana dan kesempatan, niat traveling selalu lewat begitu saja.
Tentu saja saya pernah berkesempatan bepergian ke luar kota, meskipun tidak banyak frekuensinya. Saat kecil, remaja, dan dewasa. Bersama dengan keluarga besar. Ada kesan-kesan tersendiri dalam kehidupan.Â
Namun, ada satu benda, souvenir yang sudah menemani saya selama 18 tahun tanpa putus (sebenarnya ada dua, namun yang satu lagi "berhalangan". Kenapa kok bisa "berhalangan"? Nantilah dijelaskan di bagian selanjutnya  ^_^).
Kalau diibaratkan pernikahan, sudah melewati berbagai rintangan, hambatan, dan tantangan, tapi kami bisa melalui bersama-sama (uhuk ^_^).
Ya, kaus yang Anda lihat di awal tulisan adalah kaus yang sudah menyertai saya selama 18 tahun.Â
Bagaimana ceritanya kok bisa setia begitu lama dan awal bertemunya seperti apa?Â
Begini ceritanya...Â
Ingin ikut ke Surabaya
Tahun 2001, sekitar bulan Desember, ada pengumuman tentang suatu seminar tentang kaum muda yang akan diadakan di Surabaya pada tahun 2002 di pertengahan Februari.Â
"Eh, Ton. Mau ikut? Sekalian jalan-jalan. Masa ngajar terus. Refreshing sekali-sekali dong," ajak Charlie (bukan nama sebenarnya), salah seorang teman satu gereja.Â
"Aku gak ada duit," Saya beralasan. Dalam hati minat, tapi memikirkan harus keluar duit naik pesawat terbang, jadi keder duluan.Â
"Ah, kita kan masih muda. Banyak yang masih kuliah. Ada yang masih indekos. Duit gak banyak. Kita naik kapal aja," kata Charlie lagi.