Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Satu Piring yang Tersisa

24 April 2020   08:57 Diperbarui: 24 April 2020   08:58 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi piring (Sumber : pixabay.com/difotolife)

Sang Pengamen baru saja tiba. Pulang ke "istana"-nya. Sebuah gubuk reyot dari tripleks dan seng ala kadarnya. Yang penting, dia bisa melepaskan penat dan membaringkan tubuh di alas koran yang sudah mulai koyak. 

Dia memeriksa satu per satu senar gitarnya. Sudah mulai aus dan berkarat. Hidupnya tergantung pada gitar tua. Gitar yang entah sudah berapa tahun menemani dengan setia.

Tiba-tiba dia sadar. Dia merasa lapar. Seharian dia mengamen, tapi hasilnya tak memuaskan. Terpaksa dia berpuasa seharian. Supaya sebelum tidur, perutnya merasa kenyang, karena sudah makan. 

Memang susah jadi orang susah. Makan pun harus dijatah. Pakai perhitungan ini itu. Yah, apa boleh buat. Memang ini jalan hidupnya. Seperti kata orang tua-tua, "Yah, dijalani aja, nak."

Dia pun mengeluarkan satu-satunya piring yang tersisa. Piring plastik warna merah muda. Tak peduli orang bilang apa. Yang penting, dia bisa makan sampai habis tak bersisa. Titik tanpa koma. 

Bagaimana kalau tidak ada piring? Sebenarnya tidak apa. Kertas pembungkus nasi tersedia. Tapi enaknya piring tetap ada. Supaya nasi tidak berceceran kemana-mana. 

Satu piring yang tersisa. Harta berharga setelah gitar di pojokan sana. Sang Pengamen tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya, jika piring tak ada lagi padanya. 

Samarinda, 24 April 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun