Puisi | Sepotong Tempe dan Sepiring Nasi

Nak, maafkan ayah. Ayah tidak bisa membeli makanan selain ini. Kita lagi menghadapi pandemi. Hidup kita lagi di titik nadir sekarang. 

Nak, ayah tahu, kamu bosan makan tempe setiap hari. Tapi apa mau dikata. Penghasilan ayah hanya cukup untuk beli ini. Sudah bersyukur kita bisa makan, nak. 

Ayah mengerti. Kamu ingin seperti anak-anak yang lain. Bisa makan di restoran mewah. Memesan apa yang ada di sana sesuka hati. 

Sebelum corona melanda, ayah belum bisa memenuhi. Saat ini, lebih tidak bisa lagi. Bahkan untuk membeli tempe dan nasi ini, ayah harus berjuang keras. 

Kamu tidak pernah mengeluh. Itu yang ayah hargai. Semenjak ibu meninggal, kamu tidak pernah minta ini dan itu. Kamu tidak pernah rewel. 

Sepotong tempe dan sepiring nasi. Menu kita sehari-hari. Ayah percaya, kamu bisa mengerti kesulitan yang kita hadapi saat ini. 

Doakan ayah. Besok ayah akan bekerja keras. Ayah akan bekerja keras demi kamu. Hanya kamu harapan dan kebanggaan ayah satu-satunya. Hanya karena kamu, ayah bersedia berjerih lelah, mengorbankan jiwa raga ayah. 

Doakan ayah ya, nak, supaya Tuhan memberikan kita rezeki yang lebih dari lumayan esok hari. 

Samarinda, 23 April 2020