Lelaki tua itu bergolek ke kiri dan ke kanan. Dia berbaring di ranjang lapuk yang jauh dari kata empuk. Mata nyalang menatap ke plafon kamar. Sudah larut malam, matanya tak mau terpejam.Â
Kantuk tak juga menghampiri. Karena kegelisahan ada di hati. Kecemasan akan apa yang akan dimakan esok hari. Keluarga akan menderita kelaparan nanti.
Nyamuk-nyamuk berdesingan kian kemari. Berputar-putar di sekitar telinga kanan dan kiri. Seakan tahu kegundahannya. Menemaninya di saat malam buta.Â
Di tengah keheningan malam, seharusnya dia merasa tenteram. Istrinya berbaring di sebelah dengan damai. Wajah tirus sang istri tak bisa menyembunyikan sisa-sisa kecantikan. Kesukaran hidup membuatnya layu.Â
Lelaki tua itu bangkit dari ranjang. Mengambil sandal dan beranjak ke halaman. Diambilnya rokok sebatang. Disulutnya. Disedotnya rokok dalam-dalam. Asapnya dihembuskan perlahan.
Matanya menatap nanar. Memandang keheningan malam.Â
Malam ini hening sekali. Seharusnya ada damai di hati.Â
Tapi dia tidak merasa seperti itu.Â
Hatinya gundah memikirkan apa yang keluarganya akan makan esok hari.Â
Samarinda, 22 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H