Anak tidak terbebani dengan PR yang seabrek.
Guru tidak pusing pala barbie memeriksa tugas murid di laptop atau hape.Â
Orangtua tidak panik dan tidak jengkel waktu menemani anak mengerjakan PR.Â
3 kriteria PR ideal untuk anak sekolahan menurut saya adalah :Â
1. "Menyesuaikan" tingkat kesulitan soal, ada yang mudah dan ada yang "sedikit" sukar
Saya pribadi, kalau disuruh memilih, pasti memilih pertanyaan-pertanyaan mudah seperti "Sebutkan...", "Apa yang dimaksud dengan...", atau "Apa saja ciri-ciri...", daripada pertanyaan-pertanyaan yang mengandung kata-kata "Jelaskan...", "Bagaimana cara...", atau "Mengapa...".
Pertanyaan-pertanyaan dengan kata-kata "sebutkan", dan yang sejenisnya tidak membutuhkan banyak waktu dan pemikiran. Berbeda dengan pertanyaan-pertanyaan dengan kata-kata awal "jelaskan", "bagaimana", dan "mengapa" yang membutuhkan penjabaran "sedikit lebih panjang" dibanding tipe pertama.
Itu tadi kalau saya sebagai murid.Â
Kalau sebagai guru, tentu saja, lebih mudah menilai soal-soal tipe pertama daripada tipe kedua.Â
Tidak salah kalau guru memberikan pertanyaan tipe pertama (sebutkan, apa arti, apa ciri-ciri, dan lain-lain), namun janganlah semua soal bertipe satu semua.Â
Kombinasikan dengan soal-soal dengan tingkat kesulitan "sedikit" lebih tinggi yaitu tipe kedua tadi (jelaskan, bagaimana, mengapa, dan sebagainya), sehingga peserta didik tidak hanya bisa menjawab secara textbook, sesuai yang tertulis di buku, namun juga dapat memberikan penjelasan dengan kata-kata sendiri tentang apa yang mereka sudah baca di buku).
2. Jumlah soal tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyakÂ
Jumlah soal, ini yang sering menjadi perdebatan di benak saya, sebelum maupun saat Covid-19 ini melanda.Â