Ya, memang tidak selamanya kalau tubuh kuat, berarti jiwa juga sehat. Ada orang-orang gila yang menjadi bukti bahwa terkadang istilah di atas tidak selamanya benar. Namun, membalik istilah, dalam hal ini, "jiwa sehat, pasti tubuh kuat", jelas ini tidak bisa dilakukan.
"Lho, kan tubuh kuat, jiwa pasti sehat. Masa tidak bisa dibalik? Kan sama saja!"
Mungkin ada yang berpendapat seperti itu ^_^.
Yah, saya tidak ingin berargumentasi, beradu urat leher dengan yang mau membolak balik istilah.
Yang jelas, menurut pemahaman saya, keduanya harus seimbang. Tubuh harus kuat, jiwa harus sehat. Tidak boleh hanya salah satu saja yang "berat". Tidak boleh berat sebelah. Untuk mencapai tubuh yang kuat, tubuh pun harus dilatih supaya kuat; untuk menggapai jiwa yang sehat, jiwa pun harus dikelola agar sehat.
Dengan tubuh yang kuat dan jiwa yang sehat, panjang umur jadi berkualitas.
Mau panjang umur, tapi sakit-sakitan?
Mau usia sampai 100 tahun, tapi tidak punya tangan dan kaki? Imbas dari penyakit kencing manis, dari luka kecil berakibat fatal, luka tak bisa kering dan menyebar, kaki dan tangan membusuk, dan sebagai akibat akhirnya, kaki dan tangan diamputasi, dan selebihnya hanya bisa terbaring di tempat tidur seumur hidup. Itu yang Anda mau?
Mau makan sesuatu, tapi karena pantangan, maka tak boleh makan makanan tersebut?
Tentu saja hidup jadi menyedihkan, bukan menyenangkan.
Sejauh yang saya lihat, dari berbagai pengalaman, baik dari pengalaman hidup diri sendiri, maupun dari pengalaman hidup orang lain; atau dari membaca banyak sumber, baik dari buku atau internet; saya menyimpulkan ada tiga rahasia yang menyebabkan hidup panjang umur nan berkualitas.