Saya perlu menyediakan waktu untuk refresh, menyegarkan ingatan saya kembali. Untuk jenjang SD saja, sudah sukar. "Soal Matematika SD sekarang ini, seharusnya untuk murid SMP."
Pendapat ini diutarakan oleh salah seorang teman saya, sebut saja Bu Rubby, salah seorang guru esde di Samarinda, beliau mengajar di kelas enam. Dia menjabat sebagai guru kelas.
Saya memang melihat ada kebenaran dalam opini teman saya itu, karena materi yang didapat oleh murid kelas enam sekarang, dulu saya dapatkan waktu di SMP.
Berarti, kurikulum 2013 menganggap murid-murid SD sekarang mengalami peningkatan daya nalar, sehingga mengira anak usia dini bisa menguasai materi matematika yang dulunya diberikan untuk murid SMP.
Saya tidak ingin memperdebatkan soal kurikulum, karena saya tidak tahu menahu, mengapa sekarang kurikulum mewajibkan peserta didik di tingkat Sekolah Dasar untuk mempelajari materi yang dulunya untuk Sekolah Menengah Pertama.
Biarlah kompasianer yang memang pakar di bidang kurikulum 2013 di mapel Matematika SD yang akan membahasnya kemudian. Yang menjadi sorotan bagi saya saat ini, selaku guru les privat yang mengajar Matematika ke murid les saya adalah kesukaran anak didik saya yang masih berusia dini untuk mengerjakan soal cerita dalam matematika.
Sebenarnya, saya pun mengalami kesukaran dalam mengerjakan soal cerita dalam pelajaran matematika waktu saya masih duduk di jenjang sekolah dasar. Namun, seiring waktu berjalan dulu, saya bisa memahami. Namun, sekarang masa sudah berbeda.
Terlepas dari opini "Materi seharusnya untuk jenjang SMP", mau tidak mau, saya harus mengajar anak didik saya untuk memahami soal cerita dalam matematika.
Setelah melalui sekian observasi (dalam hal ini, saya mengambil satu contoh nyata dari banyak contoh, yaitu, sebut saja, Jennifer, salah seorang murid les privat yang berada di kelas tiga esde), dan melihat hasil ulangan, akhirnya saya mengevaluasi apa yang sudah saya lakukan.
Baik itu membuat soal cerita untuk persiapan ulangan matematika murid, meminta murid mengerjakan soal cerita, melihat hasil perhitungan murid, dan membandingkan dengan ulangan murid, saya menyimpulkan ada 4 (empat) sebab kenapa soal cerita dalam ulangan matematika menjadi momok bagi anak usia dini.
1. Tidak teliti dalam membaca soal
Ketidaksukaan anak-anak dalam membaca buku atau media cetak lainnya menyebabkan mereka tidak teliti waktu membaca soal cerita. Memang ada anak-anak yang suka membaca, namun bisa dibilang sangat sedikit sekali persentasenya. Karena tidak suka membaca, maka ketidaktelitian pun melanda. Hanya membaca sekilas saja.