Semua keahlian membutuhkan waktu, proses untuk menguasai. Bermain gitar sebagai contoh. Terkadang saya merasa bahwa bermain gitar tidak memberikan manfaat finansial untuk saya, namun saya tetap berusaha untuk berlatih, karena, selain saya memang suka main gitar, juga karena saya melayani pekerjaan Tuhan di komunitas sel gereja saya sebagai pemain musik, dalam hal ini pemain gitar.
Permainan gitar saya memang masih jauh dari oke. Masih terus belajar ^_^.
Begitu pula dengan menulis. Saya suka menulis, karena menulis bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Kalau dulu saya suka membawa buku-buku kecil yang saya buat sendiri dari kertas HVS Folio, dan menulis kapan saja dan dimana saja, sampai-sampai beberapa teman saya menganggap saya aneh, namun saya tidak peduli. Karena memang saya ingin menjadi penulis.Â
Sekarang saya lebih banyak menulis menggunakan laptop dan hape, terutama hape, karena dengan hape, saya lebih mudah menulis kapan saja dan dimana saja, bahkan di saat sedang berbaring di tempat tidur sekalipun.Â
Terkadang, ada rasa jenuh dalam menulis. Memang wajar kalau itu muncul dalam benak, karena menulis identik dengan kesendirian. Saya perlu konsentrasi saat menulis. Di kondisi bising atau dalam keramaian, susah bagi saya untuk menuangkan isi pikiran. Namun saya belajar menulis di tempat-tempat umum, seperti pusat perbelanjaan, menggunakan waktu secara produktif. Sayang kalau waktu dibuang percuma ^_^.
Apalagi ada pekerjaan utama yang bisa dikatakan tidak ada sangkut pautnya dengan tulis menulis secara langsung. Saya mengatakan begitu, karena mengajar bahasa Inggris tentu saja tidak menjurus langsung pada menulis. Berbeda dengan profesi jurnalis, novelis atau cerpenis, yang memang sangat gamblang dengan dunia tulis menulis.Â
Saya tetap menulis, baik itu artikel, esai, puisi (ini yang paling banyak ^_^), cerpen, dan lain-lain.Â
Saya tetap menulis karena ada 3 alasan yang mendasari.
Pertama, menyampaikan pendapat ke dunia.Â