Hujan gerimis di luar, membuat enggan untuk keluar.
Kupegang hape di tangan, kuketikkan kata demi kata dengan perlahan.Â
Sambil meminum susu seteguk demi seteguk, aku konsentrasi menuangkan kata-kata yang menusuk.Â
Entah mengapa aku menuangkan ide seperti itu, aku tak pernah melakukannya dulu.
Namun sekarang aku menuliskannya, segala amarah terlontar dalam kata-kata.Â
Susu habis tak tersisa, air menanti untuk kurasa.
Setetes demi setetes air begitu nikmat, membuat hati jadi tergeliat.Â
Aku bersyukur kepada Tuhan, aku masih bisa menikmati manisnya susu dan segarnya air tanpa hambatan.
Rentetan kata-kata murka di awal, diakhiri dengan aliran amsal.Â
Karena Tuhan masih bermurah hati, aku masih bernafas sampai saat ini.