Kawan, aku bisa mengerti kenapa kau tak mau berteman denganku. Aku rata-rata. Pintar tidak, bodoh pun tidak. Tampilan fisik pun 'standar'. Cakep tidak, jelek pun tidak.Â
Memang kuakui kau cantik, pintar, punya semua yang diidamkan setiap wanita. Nyaris tanpa cacat cela. Tapi setiap manusia tak ada yang sempurna. Makanya, ada kalimat 'nyaris tanpa cacat cela'.Â
Ingat, kita ini cuma manusia fana. Datang ke dunia telanjang, pulang ke akhirat pun telanjang. Datang tak membawa apa-apa, pulang pun pergi dengan tangan hampa.Â
Tapi ada satu hal yang kita bawa nanti kalau dipanggil Tuhan. Perbuatan-perbuatan kita. Apa yang sudah kita perbuat di dunia ini?
Baik atau buruk, itu Tuhan yang menilai. Yang jelas kita ini makhluk ciptaan-Nya, yang penuh kekurangan. Kecantikan tak bertahan lama. Kepintaran tak seterusnya kita punya. Apalah kita dibanding Tuhan, Sang Pencipta dan Junjungan kita?Â
Kita tak berarti apa-apa dibanding Dia. Kita ada sampai saat ini karena Dia. Kepintaran, kekayaan, kesehatan, wajah rupawan, semua karena kehendak-Nya. Untuk apa menyombongkan diri atas apa yang tidak kekal? Tuhan bisa mencabut semua yang kita punya karena Tuhan hanya meminjamkan pada kita. Bagaimana kita menggunakan, itu yang menjadi masalah.
Janganlah lupa. Setiap orang punya kelebihan yang mungkin tak kita punya. Jadi jangan meremehkan orang lain, karena siapa tahu, suatu saat kau membutuhkan bantuannya.Â
*
Samarinda, 27 Februari 2019
Anton
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI