"Mas jangan pergi kerja malam ini. Malam ini kan pergantian tahun. Ijin saja," kata Sumi, sambil menggosok baju segunung yang seakan tak kunjung selesai disetrika.Â
"Lalu kalo aku ijin, yang gantikan aku siapa?" Parjo menatap hampa ke layar tv, sambil mengisap rokok dalam-dalam.Â
"Kan bisa Pak Yunus yang menggantikan."
"Mana mau dia. Kan beda jabatannya. Dia penjaga sekolah. Tugasnya bukan jaga malam. Lagian, dulu sudah pernah kucoba supaya dia gantikan aku, tapi dia gak mau. Bos juga gak setuju."
Dengan langkah gontai, Parjo menuju sekolah tempat dia bertugas menjaga keamanan di situ.
Parjo mengerti kemauan Sumi. Dia pun ingin seperti orang-orang kebanyakan.
Pergi ke tempat keramaian, seperti mal atau bioskop atau restoran, bersama dengan istri dan anak.Â
Atau berlibur ke luar kota, katakanlah Bali, beserta keluarga, tinggal di hotel berbintang lima, yang semuanya itu masih dalam mimpi belaka.Â
Tahun Baru selalu sama bagi Parjo sekeluarga. Parjo harus meronda sampai pagi; istri dan anak tetap di rumah memelototi layar televisi.
Kembang api, jagung bakar, kebersamaan, ....
Itu semua tak pernah bisa dinikmati orang rendahan sepertinya.Â