Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Saya Cukup Begini Saja"

23 September 2018   15:52 Diperbarui: 23 September 2018   17:14 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya memandang dengan kasihan pada teman saya yang satu ini. Sebut saja dia Charlie. Kenapa saya kasihan dengan dia? Karena dia merasa bahwa hidupnya hanya sampai pekerjaan ini saja. Hanya sampai satpam.

Bagi saya, tidaklah menggembirakan mendengar salah satu teman pasrah dengan hidupnya karena dia tidak punya impian untuk meraih yang lebih lagi.

"Saya cukup begini saja. Takut gila atau stress kalau tidak tercapai."

"Apa tidak ingin membawa keluarga jalan-jalan ke luar kota, atau ke luar negeri?" tanya saya.

"Pengin sih."

"Apa tidak kepengin punya rumah sendiri?"

"Pengin sih."

"Apa tidak kepengin menghajikan orangtua?"

"Itu jelas sangat kepengin."

"Nah, kalau dengan pendapatan sekarang, apakah bisa mencapai semua itu?" Charlie terdiam. Meskipun diam saja, saya sudah bisa menebak kalau dia menyadari bahwa perkataan "cukup"nya tidak bisa memenuhi semua impiannya. Ketakutan akan tamak harta sangatlah tidak realistis.

Buat apa menyiksa diri sendiri dan juga keluarga dalam kesengsaraan ekonomi? Tentu saja, gila harta tidaklah boleh. Masa tidak memperhatikan orang lain.

Tapi, mempunyai harta adalah hak yang memang Tuhan sediakan bagi semua orang, yang telah bekerja keras, terlepas dari beriman kepada-Nya atau tidak.

Uang bukan segalanya tapi segalanya butuh uang Realistis adalah kata yang tepat. Mencari uang saat ini karena uang belum mencari kita. Berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan uang itu sah-sah saja sejauh tidak menghalalkan segala cara.

Segala sesuatu harus selaras dan sejalur dengan kehendak Tuhan. Kita dan seluruh alam semesta ini adalah ciptaan-Nya, sehingga kalau kita mau kaya, sukses, makmur, maka kita harus meminta restu, pertolongan dari Dia sebelum melakukan pekerjaan kita.

Berserahlah kepada-Nya, dan bekerjalah sesuai dengan apa yang Dia kehendaki yaitu dengan segenap hati untuk Dia. Bagaimana Menentukan Kadar Cukup.

"Lho kok kembali ke kata cukup? Bukannya tadi harus lebih dari cukup alias berkelimpahan untuk hidup yang sejahtera?

Memang, kalau bisa makmur berkelimpahan, kenapa harus ekonomi pas-pasan?

Namun, kalau sudah di atas (baca: kaya raya), kadang-kadang lupa sewaktu masih miskin dan pas-pasan, sehingga apa saja mau dimakan, dibeli, bahkan sampai beristri lebih dari satu dan berpelesiran tanpa henti, dari lokal sampai interlokal.

Jadi, selain mengembangkan karir, juga harus tahu bagaimana mempertahankan kekayaan atau aset yang didapat sehingga kata 'cukup' sehari-hari, kebutuhan lebih ditekankan daripada keinginan.

Nah, menurut saya, ada tiga langkah jitu untuk menentukan kadar 'cukup' tadi.

Pertama: Tentukan parameter "cukup"
Tuliskan di atas kertas, parameter "cukup" di mana Anda bisa hidup dalam sebulan.

Cukupi saja dulu sandang, pangan dan papan, lalu kebutuhan-kebutuhan di luar tiga besar itu yang juga penting.

Bagaimana dengan makan di luar, refreshing, jalan-jalan ke mall atau plesiran dengan keluarga?

Boleh dianggarkan, namun jangan berlebihan dan menganggarkan juga untuk tabungan atau dana darurat dan investasi untuk masa depan, seandainya sudah tidak kuat bekerja lagi.

Jangan sampai gelap mata ingin beli ini dan itu. Tentukan saja dana yang cukup untuk sebulan dan sebisanya harus bijaksana dalam mengaturnya.

Kedua:Tuliskan tindakan-tindakan untuk meraih parameter tadi
Percuma menuliskan parameter "cukup" tadi kalau tidak juga menuangkan apa-apa saja yang perlu Anda lakukan untuk per hari, per minggu, per bulan, per tiga bulan atau pun untuk satu tahun ke depan.

Dan setelah menuliskan rencana tindakan, tentu saja Anda harus action, bertindak untuk meraih parameter "cukup" tadi.

Mulailah dari tindakan yang "kecil" terlebih dahulu, lalu berangsur-angsur bisa ditingkatkan ke besar sedikit demi sedikit, jika memang pendapatan Anda bertambah, dan memang tindakan itu Anda butuhkan sangat.

Janganlah terlalu muluk membuat rencana yang besar kalau Anda juga mempunyai kesibukan yang seabrek. Buatlah rencana yang realistis yang tidak terlalu memberatkan Anda dan bisa Anda capai dengan mudah.

Ibarat kata, target sebesar ikan paus, lalu Anda potong kecil-kecil, sehingga bisa Anda kunyah dan telan dengan mudah.

Ketiga - Evaluasi Rutin Pasca Melakukan Tindakan-tindakan
Yang tak kalah pentingnya adalah evaluasi setelah melakukan tindakan-tindakan.

Apakah tindakan-tindakan yang sudah dilakukan sudah memenuhi standar parameter cukup tadi?

Apakah tindakan-tindakan selama seminggu atau sebulan atau setahun sudah dilakukan seluruhnya? Kalau tidak, apa sebabnya? Apakah karena tidak fokus dan banyak kegiatan di luar produktivitas?

Lewat evaluasi itu, perbaiki yang kurang perlu dilakukan dan buat program rencana tindakan yang lebih realistis untuk sebulan atau setahun ke depan.

* * *

"Cukup" bagi setiap orang itu berbeda, tergantung dari gaya hidup masing-masing.

Bagi satu orang, gaji satu juta sebulan mungkin sudah cukup baginya, namun untuk orang lain, yang sudah berkeluarga dan punya dua anak, satu juta mungkin sangat tidak cukup.

Jadi, saya pribadi sudah tidak mencampuri pendapatan dari orang lain, karena perbedaan sudut pandang tadi. Namun kalau orang tersebut sering mengeluh pendapatan tak cukup untuk sebulan, berarti memang uang yang dipunya tidak cukup.

Yang terpenting adalah hidup haruslah seimbang. Di balik kebutuhan akan hidup di dunia, jangan lupa untuk hidup sesudah kita tidak ada di dunia ini. Sisihkan juga dana kita untuk ibadah dan Tuhan.

"Buatlah hidup jadi bermakna. Harta memang tak menjadi jaminan hidup bahagia, namun tak ada harta, dijamin hidup akan menderita".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun