Itu yang membuat saya salut dan angkat topi buat mereka. Sangat berbeda dengan Argentina waktu melawan Kroasia, seakan-akan ada beban berat di pundak Messi dan kawan-kawan, juga karena mungkin ada problem strategi dengan pelatih mereka, Jorge Sampaoli, sehingga para pemain Argentina itu seakan lupa dengan strategi yang sudah mereka rancang sebelum laga dimulai.
Faktor #3 - Tidak Menyerah.
Para pemain Panama ini berjuang sampai akhir, seakan enam gol yang bersarang di gawang mereka bukan apa-apa.
Menurut saya, setelah melihat di Google, saya jadi mengetahui kenapa mereka bisa bertarung spartan seperti itu, sedangkan tim-tim unggulan tidak.
Tahun 2018 ini adalah kali pertama keikutsertaan mereka dalam Piala Dunia. Sebelas kali sebelumnya mereka mengikuti kualifikasi, mereka selalu gagal lolos.
Dari data tersebut, tentu saja, bagi mereka, adalah suatu kebanggaan yang tak terkira kalau mereka bisa tampil di Piala Dunia, meskipun sudah babak belur oleh gol-gol lawan.
Dan yang membuat saya terlebih heran adalah para pendukung Panama yang terlihat tetap antusias memberikan dukungan seraya menanti gol perdana tim kesayangan mereka yang akhirnya muncul juga pada menit ke 78 yang dicetak oleh Felipe Baloy.
Reaksi mereka, para supporter Panama sungguh luar biasa, karena gol Baloy itu adalah gol perdana dalam keikutsertaan mereka yang pertama di Piala Dunia. Meskipun tidak menang, merupakan suatu kebanggaan bagi mereka untuk mempunyai tabungan gol, apalagi gol ini bersarang di gawang Inggris yang notabene raksasa di cabang olahraga sepakbola.
* * *
Dengan tiga faktor ini, Panama layak dapat bintang dan menjadi inspirasi bagi kita semua, khususnya Indonesia, untuk membenahi persepakbolaan di tanah air tercinta, supaya kelak bisa juga seperti Panama, berpartisipasi di ajang Piala Dunia.
Keikutsertaan itu melalui proses yang sangat lama, sebelas kali ikut kualifikasi tapi berakhir dengan kegagalan, dan pada kali yang keduabelas, mereka baru bisa lolos. Karena gigih dan konsisten, maka ada hasil.
Meskipun tidak memberikan hasil positif, namun keikutsertaan itu sudah merupakan hal terindah bagi mereka. Proses itu tidak instan. Langkah awal memang menyakitkan, tapi itu yang akan mengantar kesuksesan nantinya di masa depan. Siapa tahu, empat tahun lagi, di Piala Dunia berikut, mereka bisa 'berbicara banyak'.