Saya beruntung kalau orangtua saya membebaskan saya dan kakak-kakak saya untuk membeli komik dan novel.
"Daripada melamun, lebih baik membaca."
Memang, ayah dan ibu kami sangat doyan membaca. Imbasnya ya, kami juga 'rakus' membaca majalah, buku, bahkan sampai suratkabar pun kami baca dengan rajin. Namun tidak semua anak mendapat 'kemewahan' seperti saya dan kakak-kakak saya.
"Baca komik? Buang-buang waktu dan duit! Lebih baik mereka baca buku pelajaran, Pak."
Kebanyakan orangtua berpandangan seperti itu. Padahal tidak semua komik itu jelek.
Salah satu komik yang bisa menjadi referensi adalah Kenji.
A. Apa itu Kenji?
Yah, judulnya memang singkat, dan diawal dulu, sekitar tahun 2000-an awal, saya kurang berminat dengan judul komik yang tidak 'menggigit' ini. Terbitan Elex Media Computindo, dengan cover depan anak laki-laki sedang melakukan kuda-kuda kungfu.
"Terlalu standar," begitulah pemikiran saya dulu.
Namun waktu saya membacanya, saya jadi ketagihan dan selalu menunggu jilid berikutnya dan berikutnya di perpustakaan, dan sisanya menyewa di penyewaan komik. Total sekitar dua puluh satu jilid kalau tidak salah. Melelahkan? Tidak, malah menyenangkan.
Sedikit ringkasan cerita dari komik 'Kenji', sedari kecil, kakek Kenji mengajarkan kungfu delapan mata angin, dan juga nilai-nilai moral kungfu Cina.