Mohon tunggu...
Abyudaya Nechallino
Abyudaya Nechallino Mohon Tunggu... Pemuka Agama - sedang bekerja sembari kuliah

Suka menari dalam bayangan , suka berbagi kamar pada musik, udah gitu aja sedang sibuk menjalani birokasi kampus.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pemanfaatan Limbah Batok Kelapa Menjadi Kerajinan Asbak dan Mangkok untuk Mengurangi Polusi, Apakah Efektif?

18 Juli 2024   19:24 Diperbarui: 18 Juli 2024   19:35 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Daffa Ramadhan

Limbah menjadi salah satu hal sakral dalam kerusakan lingkungan di Indonesia, terutama pada desa Bening, kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto yang mana didaerah tersebut banyak sekali bersimpahan limbah sampah yang mana didominasi oleh limbah batok kelapa bekas hasil pembuangan dari salah satu UMKM disana.

Hal tersebut di konfirmasi oleh Bapak Sarji ketika tim 4 dari KKN R7 Untag Surabaya melakukan survei di desa bening pada 18 Juni 2024, beliau berkata "Memang di desa Bening ini banyak sekali limbah yang tidak bisa dikelola kembali oleh warga, terutama limbah plastik dan batok kelapa yang lebih sering dibakar daripada di kelola kembali".

Dari hasil survei tersebut tim 4 dari KKN R7 Untag Surabaya langsung membuat program kerja membuat pelatihan kepada salah satu UMKM disana yaitu Sagon Wawa yang membuat kue sagon dengan bahan baku utama kelapa dan juga Sagon Wawa memproduksi dalam skala besar setiap harinya untuk dikirim ke berbagai penjuru destinasi wisata di Jawa Timur, sehingga menghasilkan limbah batok kelapa yang cukup banyak setiap harinya.

Akhirnya pada hari Sabtu, 13 juni 2024 tim 4 KKN R7 Untag Surabaya yang beranggotakan tiga orang yaitu, Muhammad Daffa Ramadhan dari prodi Ilmu Komunikasi, Deva Ayu Nur Pancaningrum dari prodi Management, dan Abyudaya Nechallino Fernando dari prodi Ilmu Komunikasi dengan menyulap limbah batok kelapa menjadi barang terbaharui berupa mangkok dan asbak.

Dengan sosialisasi dan pelatihan tersebut diharapkan UMKM tersebut bisa melanjutkan dari program tersebut agar bisa mengelola kembali limbah tersebut agar bisa menjadikan mata pencaharian baru serta mengurangi polusi yang ada di sekitaran desa.

Namun apakah hasil program tersebut efektif? Pada kenyataannya hasil sosialisasi dan pelatihan tersebut tidak dapat diserap dengan baik oleh UMKM tersebut.

Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran tentang kesehatan lingkungan dan pola pikir yang masih terjebak oleh zona nyaman, sehingga tidak membuat mereka memiliki kesadaran agar bisa melakukan perubahan kearah yang lebih berkembang.

Menjadi sangat disayangkan setelah diberi pelatihan inovasi yang memiliki prospek daya jual dan perkembangan yang baik, tetapi tidak memiliki keinginan untuk berubah ke arah yang lebih baik entah itu untuk lingkungan maupun ekonomi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun