Mohon tunggu...
Nadliroh Nabil
Nadliroh Nabil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Universitas Negri sunan ampel

Hobi menulis dan melukis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menjelajahi Dunia Cinta Filosofis Kahlil Gibran di Era Generasi Muda Sekarang

13 Desember 2023   11:11 Diperbarui: 13 Desember 2023   12:08 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Menjelajahi Dunia Cinta Filosofis KAHLIL GIBRAN Di Era Generasi Muda Sekarang

       Dunia cinta adalah dunia yang sangat menarik, karena cinta sendiri berawal dari ketertarikan. Setiap orang memiliki kesan dan pendapat sendiri tentang cinta. Setiap orang menghayati sendiri kehidupan cintanya. Dunia cinta kadang digambarkan sebagai dunia yang kudus, suci, dan agung. Sering kali pula dunia cinta digambarkan sebagai dunia yang penuh warna, cerah, ceria. Dan tak jarang dunia cinta digambarkan sebagai dunia yang sendu, puitis, dan mengundang haru.

       Di manakah letak cinta dalam kajian filsafat? Pertanyaan ini mungkin agak membingungkan untuk dijawab. Bukan karena cinta itu tidak memiliki wilayah dalam kajian filsafat. Tetapi karena filsafat itu sendiri dapat dikatakan merupakan bagian dari cinta dengan melihat etimologi kata 'filsafat' itu sendiri yang berarti "cinta kebijaksanaan" (philo dan sophia). Sementara jika melihat cinta sebagai bagian dari pola tingkah laku dan pemikiran manusia, maka ia merupakan bagian dari filsafat.

       Kahlil Gibran, sang filosof-penyair ini, adalah satu di antara mereka yang berusaha menyelami dunia cinta sampai ke dasarnya. Tidak hanya menggagas teori, merumuskan konsep atau menelorkan ide mengenai cinta, bahkan perjalanan kehidupan Gibran sendiri secara pribadi penuh dengan warna-warni cinta, baik yang bercorak ceria maupun yang bernuansa sendu dan haru dalam derita. Senyum bahagia, tangis, dan derai air mata mewarnai pengalaman Gibran dalam menyelami, menghayati, dan menjalani laku cinta.

Apakah cinta?

       Berdasarkan beberapa kumpulan puisi yang di tulis oleh Gibran bahwa menurutnya amatlah sukar untuk mendefinisikan dan memberikan penjelasan yang tepat mengenai cinta, juga menunjukkan bahwa pada dasarnya cinta lebih penting untuk dialami dan dihayati oleh masing-masing orang dari pada sekadar dirumuskan dalam kata-kata. dengan menilik karakter cinta yang cenderung subjektif dan emosional, penjelasan tentang cinta yang tepat dan disepakati oleh setiap orang itu dapat dikatakan 'mustahil'. Setiap orang menghayati cinta dengan caranya sendiri.

       Lantas, apakah dengan demikian dalam cinta peran akal menjadi terpinggirkan karena perasaan subjektif dan emosi yang di nomor satukan? Perlu dicatat bahwa meskipun cinta cenderung bersifat subjektif dan emosional, di mana tentunya perasaan dan emosi subjektiflah yang mendominasi dalam perwujudannya, tetapi meniadakan sama sekali peran akal tidak dapat dibenarkan. Mungkin lebih tepat dikatakan bahwa antara akal dan rasa dalam cinta harus seimbang.

       Cinta yang hanya mengandalkan rasa akan menimbulkan sikap emosional karena segenap waktu dan energi diarahkan demi pemenuhan hasrat pribadi sehingga sifatnya sangat egois. Padahal egoisme adalah sesuatu yang 'terlarang' dalam cinta. Namun bukan berarti emosi atau rasa itu tidak perlu, karena tanpanya cinta hanya sekedar aktivitas formal yang hampa dan tidak indah. Cinta adalah fitrah manusia Setiap orang secara alami membutuhkan cinta, mencintai, dan dicintai.

Empat Karakter Utama Cinta

1.Cinta dan kebebasan

       Pada salah satu karya Gibran the Prophet yang membahas tentang kebebasan dalam bercinta di jelaskan bahwa aspek kebebasan dalam cinta memiliki dua makna. Pertama, kebebasan dan kemerdekaan seseorang dalam menentukan, memilih, dan memutuskan apa atau siapa yang dicintainya. Hal ini tidak mengherankan karena memang mencintai itu hak setiap orang yang paling asasi dan sangat tidak dapat untuk diintervensi atau dihalangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun