Di bawah rindang guava hijau,
lupa sejenak sesuatu yang pernah kacau.
Hadirmu seperti embun pagi yang teduh,
membasuh luka secara menyeluruh.
Daun berguguran dalam pelukan,
seperti kenangan yang kian terlupakan.
Manisnya cinta baru mengalir perlahan,
mengisi celah hati yang pernah kehilangan.
Kau adalah daun yang enggan jatuh,
dengan lembut rumitnya ranting kausentuh.
Seperti guava hijau yang tak pernah layu,
cintamu manis, selalu beradu.
Pada rindang guava hijau, rindu bertamu,
Kupersilakan masuk pada akar harapanku.
Seperti guava hijau yang setia berbuah,
cinta semakin manis walau waktu berubah.
Buru, 10 Januari 2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H