Â
Ada bintang tertangkap oleh matamu,
cahayanya pecah, berpendar dalam dadaku.
Tak pernah melintas di logikaku,
terperangkap dalam takdir hangat bersamamu.
Tenggelam dalam perhatian yang tenang tetapi tajam,
seperti hangatnya angin sore perlahan merangkul magrib temaram.
Perasaan apa ini, Tuan?
Tatapan halus yang mengusap luka-luka,
Hadirmu sederhana, tanpa rincian kata.
Namun setiap langkahmu mengalun cinta,
aku menari seiring melodimu menggema.
Kau tanamkan rasa yang mulai kupahami,
seperti menyulam embun di setiap helai pagi.
Bolehkan perasaan mewah ini kupeluk bersamamu,
meski diam-diam, meski tanpa janji,
mengikatku pada keindahan yang bersama kita hormati?
Kau, dengan bara harapan menggenapi hari,
hadirkan hangat tanpa syarat, keterbatasan yang dimengerti.
Tuan, yang meruntuhkan sekat-sekat hati.
Menjadikannya tempat yang mewah dan sungguh berarti.
Buru, 08 November 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H