Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru, Ajian Tapak Guru, Wulan Umbara

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengidap Post Holiday Blues: Pulang Liburan dari Jogja, Galau Tak Terkira

5 Januari 2024   14:53 Diperbarui: 5 Januari 2024   18:15 1671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Liburan di Jogja (dokumentasi pribadi)

Entah apa yang salah, saya selalu mengidap kegalauan pasca liburan. Belakangan baru saya ketahui bahwa kegalauan itu disebut dengan istilah post holiday blues. Bukan sekali dua kali saya merasakan galau setelah melakukan perjalanan liburan yang memorable. Parahnya kegalauan itu akan membutuhkan waktu untuk move on dan meneruskan menikmati hidup selanjutnya.

Beberapa bulan lalu, saya merasakan post holiday blues ini saat pulang dari Malioboro, Jogjakarta. Sebenarnya ini bukan kali pertama saya mengidap syndrome semacam ini. 

Sejak SMA, saya sudah pernah merasakannya. Pada momen liburan tertentu, saya terus terbawa suasana dan perasaan. Waktu kuliah juga pernah menggalau ria sepulang dari Surakarta. Setelah berusia matang, juga masih pernah galau sepulang dari Bali dan Ambon.

Belakangan, saya butuh waktu lebih untuk dapat menikmati hidup selanjutnya sepulang dari Jogjakarta. Pikiran tentang suasana, atmosfer, budaya dan lain-lain, terus menghiasi memori. Galau itu terasa seperti ada sesuatu yang belum selesai atau bahkan masih tertinggal di sana. Raga sudah pulang ke rumah, tapi jiwa masih melayang di keramaian Kota Jogja.

Padahal saat di Jogja saya sudah melakukan apa saja yang diinginkan. Seperti bertemu teman lama yang baru pulang dari Jerman, membeli banyak kalung khas kerajianan Jogja, menikmati jajanan, berfoto di tempat-tempat favorit yang sudah direncanakan. Terlalu indah rasanya, Jogja memenuhi yang saya inginkan saat itu.

Pulangnya, saya galau beberapa hari. Hiruk pikuk Malioboro menggema di kepala. Seliweran wisatawan yang muncul di kelopak mata mengajak kembali ke sana. Serasa ada jajanan yang masih ingin dicicipi, ada kalung-kalung kesukaan yang melambai untuk dibeli, ada spot foto yang menanti untuk dibidik kamera.

Rasa takut kehilangan kebahagiaan

Post holiday blues yang saya rasakan adalah semakin indah pengalaman liburan, semakin tinggi galau yang dirasakan. Ada rasa takut kehilangan kebahagiaan itu. Rasa cemas jika di masa depan tidak ada yang lebih indah dari pengalaman itu. Pengalaman liburan indah yang berlalu, menyisakan kekhawatiran jika kehindahan itu tidak akan hadir kembali.

Tidak semua liburan meninggalkan post holiday blues.  Beberapa waktu lalu, saya liburan ke salah satu pantai di Pulau Buru. Keindahannya tidak kalah dengan pantai-pantai di Bali. Namun, sepulang dari sana, saya tidak segalau biasanya. 

Dalam pikiran saya, tempat liburan itu dapat dijangkau kapan saja saya mau mengunjunginya. Hanya butuh waktu satu setengah jam dari tempat tugas saya. Ini artinya, post holiday blues yang saya rasakan selama ini juga terkait dengan lokasi liburan dan kemampuan saya mengunjunginya.

Dapat disimpulkan bahwa semakin jauh dan sulit dikunjungi destinasinya, semakin saya galau setelah menikmati liburannya. Terasa takut tidak dapat mengunjungi tempat itu lagi.  Mungkin itu juga yang membuat saya galau sepulang dari Jogja.

Menanggulangi post holiday blues

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun