Peran sebagai guru bukanlah semata-semata hanya sebagai panutan yang segala perintahnya harus dituruti. Terdapat nilai-nilai luhur yang harus dimiliki seorang guru demi menggerakkan ekosistem sekolah yang terdiri dari beberapa aspek.
Dilansir dari modul 1.2 pada Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) dengan judul Nilai dan Peran Guru Penggerak, nilai-nilai seorang guru penggerak adalah berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif dan inovatif.
Nilai-nilai ini yang sebenarnya beberapa diantaranya telah dimiliki oleh para guru dan patut untuk terus dikembangkan lagi. Tidak berhenti hanya dengan dalih bahwa sudah pernah melakukannya. Sebagai guru penggerak sudah sepatutnya terus mampu bergerak maju demi memenuhi kebutuhkan krusial  pendidikan.
Nilai Guru Penggerak yang berpihak pada murid
Sejauh ini, saya telah berusaha untuk tidak otoriter terhadap stituasi kelas sesuai dengan kehendak yang saya mau. Yang merasakan proses pembelajaran bukan hanya saya sebagai guru, tetapi melibatkan siswa dan seluruh perangkat kelas. Contohnya, saya menyesuaikan zaman yang sedang berlangsung, menggunakan media-media pembelajaran yang lekat dengan siswa yaitu gadget dan sosial media. Sejauh ini hal tersebut memihak pada siswa karena justru saya yang lebih banyak belajar terlebih dahulu. Mereka sebagai generasi Z yang lahir sebagai digital native tentu lebih tertarik dan memiliki kemampuan baik terkait  penggunaan gadget dan sosial media dalam pembelajaran.
Siswa memiliki hak untuk menerima pembelajaran yang berpihak padanya. Berpihak seperti apakah yang harus didapat? Dan bagaimana guru memenuhi kebutuhkan pihak siswa?
Dampak dari mempelajari dan mengikuti program Pendidikan Guru Penggerak, maka yang akan saya terapkan di kelas tidak hanya tentang zaman di mana sekarang siswa bertumbuh, tetapi juga menilik dahulu apa yang siswa butuhkan, apa yang siswa inginkan, apa yang siswa suka, bagaimana latar belakang siswa, dan bagaimana keresahan siswa dalam pembelajaran.
- Maka langkah pertama, saya/guru perlu membuat peta empati tentang latar belakang siswa, kebutuhannya dalam pembelajaran dan keresahannya selama pembelajaran sebelumnya. Tidak semua siswa memiliki latar yang sama dengan kebutuhkan yang sama pula. Keresahan mereka juga pasti berbeda-beda.
- Setelah membuat peta empati, guru dapat mempelajari dan memahami latar belakang siswa sehingga dapat mengambil tindakan yang sesuai dalam pembelajaran. Guru juga dapat mengetahui apa-apa yang diinginkan dalam pembelajaran. Yang lebih penting lagi, guru dapat mengetahui keresahan-kerresahan siswa, dengan begitu guru dapat menghindari pemantik keresahan siswa.
Pembelajaran berpihak pada siswa bukan hanya tentang apa yang mereka inginkan tetapi juga apa saja yang selama ini menjadi keresahan dalam pembelajaran. Guru harus menghindari hal tersebut, atau setidaknya meminimalisir menciptakan keresahan.
Contoh berpihak pada siswa sesuai keinginannya:
- Misalnya siswa menginginkan guru memberi kebebasan soal format mengumpulkan tugas, tidak hanya soal tulisan di atas kertas saja. Yang lebih asyik membuat proyek digital atau hasil tugas diselancarkan di sosial media. Jadi, format pengumpulan tugas tidak harus seragam. Boleh sesuai dengan format yang diminati.
Contoh meminimalisir keresahan siswa:
- Misalnya siswa resah jika guru memberikan banyak sekali catatan (hampir seluruh isi buku disalin di buku catatan), siswa resah ketika guru memberikan tugas tanpa penjelasan yang jelas, dan masih banyak lagi contoh keresahan siswa.