Kota yang sangat jauh dari tempat tinggal, waktu itu saya tinggal di Ambon. Jaringan internet mengoneksikan kami dalam satu komunitas menulis di grup WhatsApp.Â
Komunitas Menulis DLG adalah komunitas menulis pertama yang mempercayakan saya untuk berkontribusi dalam sebuah proyek penulisan buku. Anggotanya adalah guru-guru keren yang ada di penjuru Indonesia.
Dalam komunitas menulis pertama saya bergabung itulah, kami menulis bersama dalam satu buku dan berusaha memantaskan tulisan hingga layak terbit. Waktu itu tulisan yang kami antologikan adalah puisi juga cerpen.Â
Ada kepuasan dalam diri bahwa ide tidak mengendap di dalam laptop lagi. Penerbit, teman-teman penulis, pembaca, perpusnas di satukan oleh campur tangan komunitas.
Di tahun yang sama juga saya mengikuti seleksi masuk komunitas menulis lainnya lagi. Seleksinya tidak main-main, para calon anggota diwajibkan mengikuti pengrekrutkan selama dua bulan penuh.Â
Selama seleksi dua bulan tersebut, calon member wajib menulis setiap harinya tanpa jeda sehari pun. Belum lagi di hari-hari tertentu, peserta seleksi akan diberikan tantangan-tantangan dengan tema yang ditentukan panitia.
Pontang-panting saya mengikuti seleksi masuk komunitas menulis tersebut karena saat itu bertepatan dengan Latihan Dasar CPNS.Â
Berkali-kali hampir gugur karena kelelahan setelah mengikuti Latihan Dasar CPNS yang tiap harinya di mulai dari pukul 06:00 pagi hingga 18:00 petang.Â
Malamnya sering tertidur di depan laptop demi memenuhi tagihan menulis untuk seleksi masuk komunitas menulis ternama.
Di awal November 2019, saya dinyatakan lolos seleksi dan resmi mendapat sertifikat kelulusan. Di sinilah saya merasa menaiki batu loncatan untuk menemukan bongkahan berlian.Â