Pernah kautuntun tanganku menuju istana awan
Di sana melepas dahaga, minum dalam satu cawan
Aliran darah dalam urat menyamar sebagai desiran
Sejak itu, ingatanku selalu mencatat tentang kau dan kesan
Hidangan cinta dengan lahap kutelan
Kauracik dan bumbui dengan rasa nyaman
Mungkin juga kau bubuhi racun hingga aku pingsan
Waktu pulang memaksaku untuk siuman
Bertepuk  sebelah jalan
Cintaku tertinggal di ujung persimpangan
Pulangku dihadang jutaan kelokan
Ke mana larinya genggaman yang kemarin kautawarkan?
Bertepuk sebelah jalan
Serta-merta kemudiku terseret belok kanan
Tersentak bahwa aku hanya  roda cadangan
Secepatnya menutup catatan, sebelum bertepuk sendirian
Buru, 25 Mei 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H