Pada tulisan kali ini akan lebih banyak berisi cerita pengalaman pribadi yang sempat bekerja menjadi guru honorer rentang waktu dari tahun 2011 hingga 2018.Â
Rentang waktu yang cukup lama dan melelahkan sebab terus-menerus ditanya oleh orang-orang di kampung halaman, "Sudah PNS?" begitu tanya mereka setiap saya mudik lebaran.
Status sebagai guru honorer yang sebenarnya pantas-pantas saja, pekerjaan baik nan mulia, tetapi tidak dipungkiri beberapa kali mendapat cemoohan dari orang lain.Â
"Honorer saja kok," kata oknum pria berseragam cokelat ketika melihat saya pulang dari sekolah. Padahal saya tidak sedang memamerkan apapun dari diri saya, tetapi masih disenggol dengan kata-kata yang dapat dimaknai meremehkan.
Sering sekali bertanya-tanya, salahnya honorer apa? Karena gaji yang umumnya tidak seberapa? Soal gaji segitu salah siapa? Sama sekali bukan salah honorernya. Jangan khawatir! Di sini saya berbagi tips agar tetap bahagia menjadi guru honorer berdasarkan pengalaman pribadi.
Terus belajar dan perbaharui pengetahuan juga kemampuan
Telah lulus kuliah, menyandang gelar sarjana dan tiba di ranah dunia kerja bukanlah akhir dari segalanya. Mendapat pekerjaan bukanlah titik pencapaian tertinggi.Â
Teruslah belajar pada bidang keahlian yang sedang digeluti. Misalnya saya sebagai guru Bahasa Inggris, maka saya terus belajar keilmuan yang linier dari kursus-kursus dan pelatihan.
Belajar tidak berhenti sejak lulus kuliah saja karena ilmu di dunia ini terus berkembang pesat. Jika berhenti belajar, maka pengetahuan dan kemampuan akan sangat tertinggal.Â
Walau berstatus sebagai guru honorer yang gajinya rendah, bukan berarti pengetahuan dan skill mengajar juga rendah, bukan? Fungsi guru honorer sekalipun dalam mendidik tetap setara dengan guru yang status kepegawaiannya PNS.