Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Menyikapi Kegagalan agar tidak Terpuruk

12 Maret 2023   20:09 Diperbarui: 12 Maret 2023   20:34 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya juga hidup, berhasil dan gagal bak jatah.  Seluruh manusia yang menjalani hidup dengan asa dan target pasti pernah merasakan jatah tersebut. Setiap ikhtiar apapun yang dikerjakan, kemungkinannya itu dua, antara berhasil atau gagal. Kegagalan adalah momok yang sangat menakutkan bagi sebagian orang yang selalu menginginkan kesempuarnaan.

Berbagai macam cara mengekspresikan kegagalan, begitu pula cara menyikapinya. Beda karakteristik seseorang, beda pula cara mengekspresikan dan menyikapi kegagalan yang di alami. Terburuknya adalah ada yang sampai depresi dan putus asa, kemudian menyalahkan diri sendiri.

Jangan merasa tak mampu

Gagal atau hasil tak sesuai harapan bukan berarti seseorang tidak mampu. Gagal adalah bukti bahwa seseorang pernah berusaha yang artinya seseorang tersebut mampu melakukannya. Buang jauh-jauh prasangka buruk pada diri sendiri bahwa tidak mampu melakukan sehingga berakibat kegagalan. Sebaliknya tanamkan pada diri bahwa apapun rintangannya, semua mampu dilalui.

Gagal bukan berati tidak mampu tetapi masih diberi waktu untuk berproses. Nikmati proses tersebut, tak ada proses yang sia-sia. Kegagalan bukan berarti tidak berhasil, hanya saja belum waktunya berhasil. Setidaknya sudah berusaha, kegagalan yang sesungguhnya adalah mereka yang tidak pernah mencoba.

Tanamkan prinsip untuk bangkit kembali

Merasa sedih ketika gagal itu manusiawi. Tidak apa-apa merasa sedih. Nikmati saja, kalau perlu menangis juga tidak masalah. Terluka itu wajar, tidak perlu berpura-pura baik-baik saja. Tetapi, jangan larut berlama-lama dalam sakitnya kegagalan. Lekaslah pulih dan bangkit dari keterpurukan.  

Boleh saja berhenti sejenak, tapi ingat untuk memulai lagi. Keberhasilan sedang menanti di kemudian hari. Ingat untuk berproses mewujudkan apa-apa yng menjadi mimpi.

Mungkin bangkit tak semudah teori dan kutipan-kutipan motivasi. Praktiknya memang sulit, tetapi perlu diingat bahwa mimpi berhak bangun dari tidur dan direalisasikan. Seribu kali terjatuh dan gagal, seribu satu kali bangkit lagi. Tanamkan paham tersebut agar tidak lama-lama terpuruk dan begairah untuk bangkit kembali.

Alihkan dulu pada target yang lain

Kegagalan terkadang menciptakan kejenuhan untuk memulai pekerjaan yang sama. Biasanya jadi mager kalau teringat pekerjaan yang gagal tersebut. Jangankan mau memulai atau melanjutkannya pasca gagal, yang ada berpikir saja sudah lelah duluan.

Cobalah target pekerjaan yang lain. Mencoba hal baru itu sangat menyenangkan dan membangkitkan rasa penasaran. Cobalah target-target baru, siapa tahu di situ akan ada kebarhasilan. Setelah semangat lagi, boleh dimuai lagi target sebelumnya yang sempat gagal, mungkin saja hanya butuh sentuhan terakhir untuk berhasil.

Melakukan hal-hal yang disukai pasca mengalami kegagalan

Dari sekian banyak macam-macam orang menyikapi kegagalan, paling mudah dan dapat mempertahankan kebahagiaan adalah dengan melakukan hal-hal yang disukai. Biasanya hal-hal yang disukai itu adalah hobi, bisa jadi menulis, berkebun, bersepeda, membaca, main bola, nonton dan lain-lain.

Dengan melakukan hal-hal yang disukai, rasa sedih akan kegagalan mendapat penghiburan. Rasa bahagia akan mengambil alih rasa sedih tersebut.

Tetap semangat teman-teman. Merasakan gagal, patah dan terluka itu menandakan bahwa kita masih harus terus berproses hingga menjadapatkan jatah berhasil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun