Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahaya Oversharing di Sosial Media

8 November 2022   12:14 Diperbarui: 8 November 2022   12:18 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akun Instagram yang digunakan untuk personal branding, berbagi jejak menulis dan teacher life (dokpri)

Zaman sudah sangat berubah. Dahulu segala keluh kesah dan sekelumit perasaan ditulis dalam sebuah buku harian agar tidak ada yang tahu dan agar tidak menjadi bahan perbincangan, bahkan buku harian itu biasanya dikunci/gembok untuk meminimalisir dibuka oleh orang lain. Tetapi sekarang sudah sangat berbeda, seluruh keluh dan perasaan tidak lagi menjadi privasi. Sosial media menjadi ajang publikasi diri. Semakin menjadi perbincangan publik atau yang biasa disebut viral, seseorang justru lebih bahagia.

Jika berbagi di sosial media yang tujuannya memberi edukasi, motivasi, inspirasi dan personal branding, itu bersifat wajar dan justru baik untuk kepentingan pribadi dan publik. Tetapi kalau yang dibagikan sudah ranah pribadi yang harusnya menjadi privasi, maka akan ada dampak sosial yang akan dituai. Oversharing justru berbahaya bagi pribadi yang merasa asyik dengan popularitas di sosial medianya.

Membagikan Besaran Gaji dan Jumlah Saldo di Rekening pribadi

Narsis, bebagi foto dan video tentu menjadi hak masing-masing pengguna sosial media dalam jaringan internet. Tetapi perlu diketahui sampai mana batasannya berbagi. Pernah ditemui di beberapa akun sosial media yang kontennya seseorang membagikan foto dan video tentang besaran gaji seorang guru honorer. Banyak yang merasa miris karena gajinya tidak sebanding dengan beratnya tanggung jawab, kemudian konten tersebut menjadi viral. Disusul dengan beberapa konten serupa, dari gaji yang sangat rendah sampai seseorang yang memiliki gaji dua digit per bulannya. Orang-orang yang bergaji besar juga tidak mau kalah membuat konten dan tak kalah viral juga.

Entah apa tujuan dari konten membagikan besaran gaji tersebut. Sedangkan di luar negeri menanyakan gaji seseorang saja dianggap menjadi tindakan yang tidak sopan. Sampai sekarang, jika ada yang bertanya besaran gaji, saya pribadi tidak berkenan menjawab. Hal tersebut sudah masuk ke ranah pribadi yang tidak harus diketahui oleh orang lain apalagi sosial media yang jangkauannya mendunia. Tetapi di Indonesia justru membagikan besaran gaji justru menjadi fenomena yang menarik di sosial media.

Pernah juga menjadi viral pengguna sosial media yang mengunggah besaran saldo di rekening pribadi dengan jumlah miliaran rupiah.  Orang yang benar-benar kaya pasti malu melakukan ini karena mengetahui masih banyak orang yang lebih kaya-raya dan diam-diam saja. Bukannya mau panjat sosial, malah menjadi bahan hujatan netizen (warga net). Justru nilai negatif yang terlihat.

Selain soal etika di sosial media, membagikan besaran gaji sebenarnya berbahaya. tidak pernah diketahui siapa yang memiliki niat jahat. Tidak menutupi kemungkinan orang-orang jahat sedang mengintai orang-orang yang memiliki gaji lumayan. Apalagi kejahatan bukan hanya bersifat fisik ke fisik, sekarang kejahatan melalui dunia maya lebih sadis lagi.  

Membagikan Keberadaan DIri Saat Membagikan Status

Membagikan foto saat jalan-jalan adalah sesuatu yang lumrah di sosial media. Tidak ada yang salah dengan hal ini, tetapi membagikan lokasi di mana keberadaan kita, sebaiknya di lakukan late post atau diunggah setelah kita tidak berada di lokasi tersebut. Apalagi dengan sengaja membagikan informasi lokasi keberadaan di status atau story, sebisa mungkin hindari hal ini. Tidak pernah terpikir bahwa orang jahat ada di mana-mana dan sedang mengincar keberadaan kita.

Jangan dibiasakan orang lain di sosial media mengetahui keberadaan kita karena orang yang menjadi followers di sosial media tidak semua dikenali secara personal. Tidak ada jaminan bahwa semua followers adalah orang yang baik, tulus dan tidak memiliki niat jahat.

Hindari membagikan informasi bahwa sedang berada di rumah sendirian. Memberitahukan bahwa rumah sedang sepi bisa berdampak mengundang penjahat untuk menyatroni rumah. Rumah akan menjadi sasaran empuk para penjahat yang mengincar rumah-rumah sepi penghuni.  

Membagikan Kericuhan Rumah Tangga

Tidak mau kalah dengan kalangan selebriti yang persoalan rumah tangganya disorot publik, para orang-orang pengguna sosial media yang bukan kalangan selebriti juga kerap membagikan kericuhan dalam rumah tangganya yang sebenarnya bersifat sangat pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun