Â
Project based learning yang biasa di sebut PjBL adalah salah satu model pembelajaran yang berbasis proyek. Pembelajaran ditujukan untuk membuat suatu produk yang melalui proses sebuah proyek. Dimulai dari perencanaan, proses proyek, hingga laporan hasil.
Hasil proyek bisa disesuaikan dengan mata pelajaran yang diajarkan. Contoh hasil proyek dapat berupa video edukasi, poster, alat peraga dan lain-lain. Biasanya, agar produk dari hasil proyek maksimal maka pengerjaan proyek dikerjakan secara kelompok. RPP klik tautan di sini
Berikut sintaks atau Langkah-langkah model pembelajaran Project Based Learning:
1. Pertanyaan Mendasar
Pada tahap petama ini, guru melontarkan pertanyaan mendasar tentang materi yang akan dilaksakan dalam proses belajar mengajar. Materi-materi dasar yang dapat menjadi acuan siswa saat membuat proyek juga dapat disajikan pada tahapan ini. Contohnya: seorang Guru Bahasa Inggris yang akan menyampaikan matari "Present Continuous Tense" dan merencakan proyek yang akan dihasilkan oleh siswa adalah sebuah video percakapan dengan konten "Present Continuous Tense" dapat dimulai dengan pertanyaan mendasar tentang present continuous tense itu sendiri dan sedikit materi dasar yang berkaitan. Tujuannya adalah agar Ketika proses siswa melakasakan proyek, tidak ada lagi kebingungan tentang konten yang harus dibuat.
2. Mendesain Perancangan Produk
Pada tahap ini guru dapat menyajikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang dapat menjadi acuan sebelum masuk ke tahap proses pelaksaan proyek. Misalnya, masih dengan materi yang sama yaitu "Present Continuous Tense" dapat diberikan LKPD yang berisikan gambar-gambar dan siswa diminta untuk menyusun kalimat "Present Continuous Tense" berdasarkan gambar yang disediakan. Tujuannya yaitu siswa dapat mendesain kalimat-kalimat yang akan dimuat pada proyek videonya nanti.
Pada tahap ini siswa dapat ditempatkan dalam grup untuk menyusun kalimat yang lebih kompleks lagi yaitu menyusun dialog. Guru juga dapat langsung memberi instruksi bahwa dialog yang disusun oleh siswa akan dipraktikkan dan direkam atau diambil video. Jadi siswa sudah dapat merancang alur diaolognya dan siswa dapat sekaligus membagi peran masing-masing dalam kelompok. Di sinilah siswa dapat berperan secara langsung untuk berpikir lebih kritis. Guru menyerahkan perancangan sepenuhnya kepada siswa untuk melihat seberapa mampu siswa menyelesaikan perancangan secara mandiri.
3. Menyusun Jadwal Pembuatan.
Tahapan ini siswa masih tetap dalam lingkup kelompok di kelas karena proyek memang sebaiknya dalam kelompok penyelesaiannya. Meskipun jadwal di dalam kelas sudah ditentukan dan terdapat jadwal yang paten, tetapi di tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menyusun jadwal pelakasanaan proyek secara mandiri. Pelaksaan proyek memang pada jadwal yang sudah ada di kelas, tetapi sususan jadwal pembuatan dibebaskan untuk siswa sendiri yang menyusun. Misalnya, masih dengan contoh pembuatan video dengan konten dialog, siswa menyusun tahapan-tahapan dalam pembuatan video.
Siswa diberi wewenang untuk menyusun tahapan dari awal hingga akhir pelaksaan proyek agar saat pelaksanaan tidak lagi kocar-kacir dan lebih terstruktur. Urutan pembagian tugas juga harus matang pada tahap ini.
Siswa juga diminta untuk berpikir jika kemungkinan-kemungkinan halangan muncul saat pelaksanaan proyek. Maka alternatif-alternatif untuk menyelesaikan hambatan harus didiskusikan dalam masing-masing kelompok.
4. Monitoring Keaktifan dan Perkembangan Proyek.
Ini adalah tahapan siswa pelaksaan proyek. Guru harus siap untuk memonitoring keaktifan siswa dan sejauh mana perkembangan pelaksaan proyeknya. Maka seharusnya memang proyek dilakukan di sekolah, bukan di rumah masing-masing. Jika proyek dilakukan di rumah masing-masing maka guru tidak dapat memonitor dan tidak dapat mengetahui persis perkembangan proses proyek. Kesalahan fatalnya adalah bisa saja proyek dikerjakan oleh orang lain. Ini sering terjadi dan justru dianggap lumrah. Â