Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu." (Ki Hajar Dewantara).
Salam Guru Penggerak.
Sebagai seorang pendidik atau guru, tentunya kita masih ingat dengan perkataan Ki Hadjar Dewantara di atas. Dari pernyataan Ki Hadjar Dewantara tersebut, kita dapat belajar bahwa setiap murid adalah pribadi yang unik sesuai dengan kodratnya masing-masing. Tugas seorang guru adalah menyediakan sebuah lingkungan belajar yang memungkinkan anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan keunikan dan kodratnya masing-masing dan memastikan dalam proses untuk tumbuh dan berkembang anak tersebut anak mengalami kadaan yang selamat dan bahagia.
Dalam memahami kebutuhan belajar murid, Ki Hadajar Dewantara mengibaratkan guru sebagai seorang tukang pahat kayu. Seorang tukang pahat kayu, harus memahami jenis dan karakteristik kayu tersebut sebelum memahatnya. Tujuannya agar kayu tersebut akan menjadi sebuah karya seni yang memiliki nilai yang sangat tinggi dihadapan orang yang melihatnya, setelah dilakukan pemahatan. Murid diibaratkan sebagai kayu pahatan, dan guru adalah tukang pahat. Oleh karena itu guru perlu memahami jenis dan karakteristik belajar murid tersebut, agar guru dapat menghadirkan pembelajaran yang bermakna bagi setiap murid dalam proses menuntun mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Kebutuhan belajar murid tentunya berbeda-beda dan beragam sesuai dengan kodrat murid tersebut. Untuk itu guru perlu melakukan pendekatan-pendekatan baik asesmen secara lisan maupun tertulis. Hasil asesmen tersebut dipergunakan guru untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar murid, sehingga guru dapat merancang sebuah pembelajaran yang dapat mengadaptasi semua kebutuhan belajar murid tersebut.
Untuk menjawab kebutuhan belajar murid yang berbeda-beda, maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. (Modul 2.1, Pendidikan Guru Penggerak, Kemendikbudristek, Thn 2024, hal 9). Keputusan yangmasuk akal tersebut berkaitan dengan: (1) Tujuan pembelajaran yang didefenisikan secara jelas kepada murid, (2) Cara guru merespon kebutuhan belajar murid, (3) Cara guru untuk mengundang murid agar belajar dan bekerja keras mencapai tujuan pembelajaran, (4) Manajemen kelas yang aktif, (5) Penilaian yang berkelanjutan.
"Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek yaitu: Kesiapan belajar (readiness) murid, Minat murid, Profil belajar murid." (Modul 2.1, Pendidikan Guru Penggerak, Kemendikbudristek, Thn 2024, hal 10-11).
Dari pernyataan Tomlison, kita dapat belajar bahwa dalam menerima pembelajaran ternyata ada perbedaan kebutuhan murid. Ada murid yang sudah benar-benar siap untuk menerima pembelajaran, ada murid yang cukup siap dan ada murid yang belum siap sama sekali dalam menerima pebelajaran. Demikian juga dengan minat belajar murid. Ada banyak perbedaan murid berkaitan dengan minat mereka dalam belajar, ada murid yang berminat dalam pelajaran olah raga, seni, science, dan lain-lain. Sama halnya dengan profil belajar murid, ada banyak perbedaan murid terjadi disana, ada murid yang profil karakter belajarnya Kinestetik, Auditory, dan Visual.
Melihat semua perbedaan tersebut guru tentunya tidak dapat memaksakan murid dengan profil belajar kinestetik mau mengikuti
pembelajaran dengan gaya belajar auditory atau visual, demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu guru harus menghadirkan pembelajaran yang berbeda-beda kepada murid sebagai kebutuhan belajar mereka dapat diakomodir, sehingga proses pembelajaran tersebut terasa lebih bermakna bagi murid tersebut.
Dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar murid, guru perlu mempertimbangkan beberapa hal di antara lain:
1. Mengamati perilaku murid.
Guru perlu mengamati perilaku murid baik di dalam kelas maupun di luar kelas, karena terdapat kesamaan yang ditunjukkan oleh murid. Sehingga guru dapat melakukan penyesuaian pelajaran dengan karakteristik perilaku murid.
2. Mengidentifikasi Pengetahuan Awal
Guru perlu melakukan identifikasi pengetahuan awal murid sebelum melakukan pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memahami sejauh mana kesiapan belajar murid terhadap kompetensi yang di persyaratkan terhadap sebuah pembelajaran.
3. Menggunakan Berbagai Bentuk Asesmen Formatif.
Untuk mengetahui kebutuhan belajar murid, guru juga perlu menggunakan berbagai bentuk asesmen formatif agar guru dapat mengetahui sejauh mana murid sudah menguasai pembelajaran yang telah, sedang dan akan di pelajari. Tujuannya agar guru dapat memetakan kebutuhan belajar murid sesuai dengan kompetensi yang telah dimiliki oleh murid.