Mohon tunggu...
Ardiansyah Fauzi
Ardiansyah Fauzi Mohon Tunggu... -

Sedikit tentang saya Anak pedalaman 'PAYAHE' yang coba menulis sejarahnya sendiri. tentang tanah Dusun yang setiap hari di rampas untuk kepentingan investor asing,..\r\nMencoba melawan sebab yG namanya penjajah tak akan pernah mensejaterakan bangsa ini..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lentera Matahari

31 Maret 2012   05:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:13 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Belum genap denting menamai waktu
KAU sudah hilang di balik kabut
sudah menguap sebelum embun
Padahal rindu masih menancap
Lalu remuk redam menjadi nestapa
Suara hati hilang makna

Disini siang menjadi gulita
Sebab lentera matahari telah dibawah pergi
Kerumah hati si sunyi
Anak gembala menari tarian kematian
Di padang hijau yang gersang tiada Tuhan
Nurani mulai basah dan berkarat

Siasia saja perjalanan panjang
KAU hilang seumpama kabut
Lalu hadir lagi menikam cahkrawala
Tak lelah kah,?
masih rindu kah,?
Engkau dan AKU hanya dua beban tak berarti

Ardiansyah Fauzi.
31/03/12. 02.10 Wit. Tanah para Sultan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun