Mohon tunggu...
Halma Fadhila
Halma Fadhila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tidak apa-apa salah, tidak apa-apa insecure, tidak apa-apa minder, asalkan sadar kalau itu semua hanya bagian dari dunia. Masih banyak kesempatan untuk menjadi lebih baik, belajar dari masa lalu, dan berdamai dengan kekurangan. Tidak ada makhluk ciptaan Allah SWT. yang tidak berguna, bahkan sesederhana mengucapkan salam, tersenyum, dan menjadi pendengar yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Cahaya Kecil Ayah: Bungsu Pemberi Asa

11 Januari 2024   02:00 Diperbarui: 11 Januari 2024   02:01 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah yang menginspirasi bukan hanya datang dari orang-orang hebat yang berjuang dari nol dengan segala kekurangan dan tantangan hingga dunia berada ditangannya, ataupun sesederhana berani ke kamar mandi sendiri, tidak nangis ketika terpeleset, dan senantiasa tersenyum saat ait mata sudah tidak bisa dibendung lagi. Dari hal-hal kecil sampai besar, dengan respon otak yang langsung berpikir bahwa seseorang itu hebat dan "aku mau juga seperti dia"; dan respon alamiah seperti terperangah, terkagum-kagum, tersentuh, merinding, dan sebagainya; menandakan bahwa kita sudah terinspirasi, terdorong, ke-triger oleh sesuatu yang kasat mata dari didengar ataupun dilihat secara langsung.

Seperti halnya aku ketika mendengar latar belakang temanku. Dia teman sekamarku ketika di asrama saat baru masuk kuliah, aku mengenalnya di sana dan ajaibnya kami berasal dari satu daerah yang sama, Batusangkar. Karena itulah kami jadi mudah dekat, terlebih dia orang yang ramah dan pembicaraan kami nyambung satu sama lain. Dia bahkan tidak ragu untuk menceritakan tentang keluarganya yang waktu itu membuatku menangis, sedangkan dia tetap tegar. Aku bangga kepadanya.

Dia anak yatim, tapi sekarang ibunya sudah menikah lagi dengan pria pilihan keluarga besarnya. Awalnya dia tidak setuju, tapi mengingat yang membutuhkannya adalah ibunya, akhirnya dia menyetujuinya. Dengan ayah tirinya, dia begitu canggung, berbeda dengan ayah kandungnya yang katanya tiada duanya.

"Suatu saat aku ingin menikah dengan pria seperti ayahku," katanya.

Dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, tapi sekarang tidak lagi, sebab ada anggota keluarga baru setelah ibunya menikah lagi. Dulu dia sangat dimanja oleh ayahnya. Kalau dia ada apa-apa, yang pertama dia cari adalah ayahnya. Begitu pula ayahnya yang kalau ada apa-apa langsung mencarinya sehingga dia begitu bergantung pada ayahnya, tapi meski begitu ayahnya tetap adil pada anak-anaknya yang lain walau lebih dekat dengan si bungsu ini.

Ayahnya seorang pedagang grosir yang pada waktu itu berada pada masa jaya-jayanya. Perekonomian keluarga mereka stabil, kebutuhan mereka terpenuhi termasuk kuliah kakak pertama yang tidak ada kekurangan sama sekali, bahkan sekali dalam seminggu mereka bisa berjalan-jalan atau tidak makan di tempat yang mewah. Keluarganya sangat harmonis, meski pertengkaran tidak dapat dipungkiri. Dia dengan kakaknya yang selalu ribut sampai Tarik-menarik rambut ataupun adu sapu sampai patah. Ayah dan ibunya bertengkar lalu ayahnya langsung memintanya untuk membujuk sang ibu agar tidak marah lagi karena dia waktu itu adalah yang paling kecil. Hingga pada akhirnya malang tidak dapat dihindari.

"Demi Tuhan, andai saja waktu itu aku bukan anak kecil, aku akan membantu Abangku untuk membunuh orang itu!" serunya dengan lantang.

Ayahnya jatuh sakit, sebelah tubuhnya lumpuh lalu dilarikan ke rumah sakit. Tapi, hasil pemeriksaan dokter tidak menunjukkan gejala yang serius. Akhirnya ayahnya dibawa ke tempat pengobatan tradisional dan dari sanalah dia dan keluarganya tahu bahwa ayahnya telah diguna-guna. Fakta yang paling mengejutkan pelakunya adalah keluarga besarnya sendiri karena iri grosir ayahnya lebih maju dan banyak pengunjung.

Sampai pada akhirnya ayahnya meninggal dunia saat dia di kelas enam SD. Hari itu adalah hari terpuruk keluarganya. Pilar keluarganya, pelindung keluarganya, perisai keluarganya sudah pergi akibat hati busuk orang yang tidak bertanggung jawab. Orang itu justru masih bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa dan menyesal kala grosirnya tidak mendapat perubahan apa-apa, justru semakin menurun. Beruntung keluarga kecil itu masih mengingat satu sama lain, mereka bangkit bersama-sama, dan ikhlas bahwa kepergian sang ayah karena takdir Tuhan.

Semenjak hari itu perekonomian keluarga mereka perlahan menurun, sebab ibu kewalahan mengurus grosirnya seorang diri. Terlebih mereka pernah kemalingan dan kas keuangan mereka pernah dirampas, lagi-lagi oleh keluarga besar; yang membuat ibunya harus mengambil keputusan besar antara meminjam uang ke bank atau merelakan satu-satunya mata pencaharian mereka. Mengingat anak-anaknya masih butuh biaya, alhasil ibunya mengambil pilihan pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun