Mohon tunggu...
Ketak Ketik
Ketak Ketik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Pendidikan Agama Islam UIN Malang

Saya suka curhat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nama, Harapan, dan Sebatang Homo Economicus

29 September 2024   23:45 Diperbarui: 30 September 2024   00:29 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penyandaran julukan dan panggilan sehari-hari sering kita sebut dengan nama. Siapa namamu, mengapa dinamakan itu, bagaimana penamaan yang benar adalah 3 kalimat yang ingin disampaikan pada tulisan feed kali ini. Baik, nama lengkapnya ialah Farhan Nabil Muttaqy. Dulu kala belum masuk dimensi antah berantah perkuliahan, ia sering dipanggil Nabil ada juga yang memanggilnya Uus. Bila sekarang ia ingin lebih dikenal orang dengan sebutan Farhan.

Secara bahasa, Farhan berasal dari bentuk kata masdar (abstraksi) yakni "farh" (read; kebahagiaan, kesenangan) sedangkan an sebagai 2 huruf terakhir merupakan bentuk kata yang bersifat ganda atau dalam ilmu disiplin Shorof disebut mutsanna. Berarti kata Farhan bermakna dua kebahagiaan (dunia dan akhirat). Sedangkan nama Nabil itu salah satu gelar yang ada Mesir Kuno yaitu bangsawannya golongan mereka. Adapun Muttaqy ialah bentuk "fa'il" dengan dasar kata kerja ; ittaqo-yattaqi. Yang bermakna orang yang bertaqwa.

Pemberian nama dari orang tua kepada anaknya ialah harapan mereka untuk masa depannya. Tetapi sampai saat ini ia belum juga merasa merepresentasikan makna penamaan dari orang tuanya. Kebahagiaan dunia dan akhirat yang dibawanya masih kalang kabut, karena kadang ia condong ke salah satunya. Jika merasa lebih cocok untuk mencari senang-senang semata ia memilih berselancar di dunianya. Pun jika merasa lebih berjodoh dengan spiritualitas dan religinya ia akan menepi sebentar kesana.

 Lalu, gelar mesir kuno yang disebutkan diatas sebagai namanya, ia juga belum pantas mendapatkan, karena sekarang ia masih budak keilmuan. Bertaqwa pun ia masih setengah-setengah. Lebih-lebih malu jika ia disebut orang yang bertaqwa. Yang ada hanya orang yang berbual. Semoga saja lain kesempatan tidak seperti itu.

Harapan dan do'a merupakan 2 kata yang saling melengkapi. Harapan diraih dengan bantuan doa, sedangkan doa sebagai bentuk pengharapan kepada Sang Ahad. Lain hal dengan bahasan Homo Economicus, satu ini rumit, ibarat kata selektif sekali kalau memilih. Ya, homo Economicus ialah suatu pengharapan kedepannya.

Harap, harapan, pengharapan. Semoga kita hidup dalam pengharapan terbaik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun