Perjalanan itu tidak mudah. Mereka menghadapi birokrasi yang berbelit-belit, tatapan sinis dari petugas, hingga ancaman dari pihak-pihak yang tidak ingin kebenaran terungkap. Namun, Nia tidak pernah menyerah, dan semangatnya menular pada Alisa.
Bab 4: Rahasia yang Terungkap
Setelah berminggu-minggu pencarian, Alisa akhirnya menemukan petunjuk. Ternyata, rumah mereka dihancurkan karena proyek pembangunan besar. Ayahnya sempat mencoba melawan, tetapi tekanan dari pihak pengembang terlalu besar. Keluarga Alisa terpaksa mengungsi ke desa tempat nenek mereka tinggal.
Namun, itu bukan akhir dari cerita. Alisa juga mengetahui bahwa ayahnya mengalami depresi berat setelah kehilangan rumah mereka. Ia merasa gagal melindungi keluarganya. Ibu Alisa mencoba menyembunyikan kenyataan ini dari anak-anaknya, tetapi beban itu terlalu berat untuk ditanggung sendirian.
Bab 5: Harapan Baru
Dengan bantuan Nia, Alisa akhirnya bisa berkumpul kembali dengan keluarganya. Pertemuan itu penuh air mata dan pelukan. Meskipun mereka kini tinggal di sebuah rumah sederhana yang jauh dari kota, Alisa merasa bahwa kebersamaan adalah yang terpenting.
"Rumah bukanlah dinding dan atap, Alisa. Rumah adalah di mana hati kita berada," kata ibunya sambil menggenggam tangan Alisa.
Sejak saat itu, Alisa bertekad untuk bangkit. Ia mulai aktif dalam kegiatan sosial, membantu orang-orang yang menghadapi masalah serupa. Baginya, kehilangan rumah adalah awal dari perjalanan untuk menemukan makna sejati dari sebuah keluarga.
Epilog
Alisa kini berdiri di depan sebuah rumah kecil di desa itu. Matahari mulai terbenam, mewarnai langit dengan semburat jingga. Ia tersenyum, meski hatinya masih menyimpan luka.
Kehilangan itu telah mengajarkannya banyak hal. Tentang keteguhan hati, tentang arti rumah, dan tentang cinta yang tidak akan pernah hilang, apa pun yang terjadi.