Mohon tunggu...
halley oey
halley oey Mohon Tunggu... -

Anything on my mind

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Restoran dan Dapurnya

10 Januari 2016   21:59 Diperbarui: 10 Januari 2016   22:28 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pernah gak kamu ke restoran? saya kira rata2 orang pernah ke restoran ya. tapi apa pernah kamu ke dapurnya? biasanya gak kelihatan dapurnya kan. ini ada satu pertanyaan menarik kalau kamu ke restoran dan masuk melalui dapurnya dulu sebelum ke meja makannya apakah kamu masih ingin makan di restoran itu?

kayaknya bisa menurun drastis ya minat makan anda kalau liat dapurnya. karena memang di dapur itu banyak pemandangan yang gak enak. misalnya saja seperti ayam mentah yang dipotong2 dan masih keluar darah. atau ada kecoa yang lagi sibuk di tempat sampah, atau mungkin ada tikus. atau 1 pisau dipakai untuk potong bawang sama potong buah hehehe kebayang gak rasa buahnya?

tapi coba dipikir kalau restoran tidak ada dapurnya? mana mungkin. emangnya makanan jatuh dari langit? mungkin ada yang bilang loh itu rumah makan padang kan gak ada dapurnya. atau warteg kan tinggal ngambil aja tuh. benar tinggal ngambil, tapi tetap mesti di masak dulu makanannya di dapur. sudah lihat belum dapur rumah makan padang atau warteg?

2 hal ini gak bisa dipisahkan, seperti juga banyak hal dalam hidup ini gak bisa dipisahkan. pernah lihat uang yang cuma ada gambar sebelah? sudah pasti palsu uangnya. pedagang yang selalu untung dan gak pernah rugi?

ada baik dan ada buruk. anda memberikan sejumlah uang agar anda hanya mendapat kebaikannya tanpa merasakan keburukannya. tapi apakah keburukannya ini hilang? tidak hilang tapi di rasakan orang lain dengan maksud agar mendapatkan imbalan berupa sejumlah uang. dalam berpasangan pun begitu anda bersedia menerima keburukan pasangan anda, dengan maksud juga bisa menikmati kebaikannya.

butuh kedewasaan berpikir untuk bisa memahami hal ini. bahkan hal2 baik pun ada sisi negatifnya. misalnya jaman dulu masih ada telepon koin, kemudian HP muncul. apakah HP ini baik? pastinya baik saya juga pakai. tapi jeleknya telepon koin pun hilang. wartel2 pun gulung tikar. ada berapa banyak orang kehilangan pendapatan karena hal baik ini?

akhir kata hidup datang dalam 2 rasa. rasa enak dan tidak enak. pilih lah dengan bijak rasa enak yang ingin anda rasakan, dan pilih juga rasa gak enak yang mampu anda tolerir.

kalau anda tidak mau mati, anda tidak usah hidup. karena yang hidup pasti mati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun