digital telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam penyebaran ideologi dan informasi. Sayangnya, kemudahan akses informasi di era digital juga dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk menyebarkan propaganda kebencian dan intoleransi. Hal ini tentu menjadi ancaman serius, terutama bagi generasi muda yang rentan terpengaruh oleh narasi-narasi provokatif dan manipulatif.
EraMaraknya ujaran kebencian dan penyesatan informasi di media sosial berpotensi mengganggu kerukunan antar umat beragama. Generasi muda yang terpapar radikalisme digital cenderung mudah terprovokasi dan terdorong untuk menyebarkan kebencian dan menebar amarah di setiap postingannya. Hal ini tentu sangat berbahaya, karena dapat memicu konflik sosial dan memecah belah masyarakat.
Untuk melindungi generasi muda dari bahaya radikalisme digital, diperlukan strategi antisipasi yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah maupun generasi muda itu sendiri. Lalu, apa yang bisa dilakukan pemerintah?Â
Salah satunya adalah meningkatkan literasi digital. Pemerintahan yang baru terpilih ini, perlu meningkatkan literasi digital generasi muda melalui pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan literasi digital harus mencakup kemampuan berpikir kritis, menganalisis informasi, dan membedakan fakta dari hoaks.
Pemerintah perlu memperkuat regulasi konten digital untuk mencegah penyebaran konten radikal dan ujaran kebencian. Platform media sosial juga harus lebih proaktif dalam menghapus konten-konten yang melanggar aturan. Selain itu, juga perlu meningkatkan patroli siber untuk mengidentifikasi dan menindak akun-akun yang menyebarkan konten radikal.
Keterlibatan tokoh masyarakat dalam pelawatanan terhadap radikalisme, juga perlu ditingkatkan. Pemerintah perlu melibatkan tokoh masyarakat, seperti ulama, guru, dan aktivis, dalam mengkampanyekan nilai-nilai toleransi dan perdamaian. Pemerintah juga perlu meningkatkan kerjasama antar lembaga, baik di tingkat nasional maupun internasional, untuk berbagi informasi dan strategi dalam memerangi radikalisme digital.
Dari sisi generasi mudanya, juga harus introspeksi. Generasi muda perlu meningkatkan kesadaran diri tentang bahaya radikalisme digital. Mereka harus memahami bahwa narasi-narasi provokatif dan manipulatif di media sosial dapat menyesatkan dan berbahaya.
 Setiap anak muda perlu mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk menganalisis informasi dan membedakan fakta dari hoaks. Mereka harus belajar untuk mempertanyakan informasi yang diterima dan mencari sumber informasi yang kredibel.
memperkuat toleransi dan empati terhadap perbedaan menjadi penting, karena kita tinggal di Indonesia yang mempunyai keragaman suku, agama, bahasa dan budaya. Kita semua harus belajar untuk menghargai perbedaan pendapat dan menghormati keyakinan orang lain.Â
Salah satu caranya bisa dengan memanfaatkan teknologi, untuk menyebarkan pesan-pesan perdamaian dan toleransi. Kita semua bisa membuat konten-konten kreatif yang positif dan inspiratif, serta bergabung dengan komunitas online yang mendukung nilai-nilai tersebut.
Melindungi generasi muda dari bahaya radikalisme digital adalah tugas bersama yang membutuhkan komitmen dan kerjasama dari berbagai pihak. Pemerintah dan generasi muda harus bekerja sama untuk membangun lingkungan digital yang aman dan kondusif bagi perkembangan generasi muda.Â